REDAKSI8.COM – Menanggapi penumpang kelotok yang jatuh tenggelam di waduk Riam Kanan Muhammad Margotomy (30), pada Senin (14/9) kemarin, Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Piranha Fakultas Perikanan dan Keluatan (FPK) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) segera ikut melakukan pencarian bersama ratusan tim gabungan lainnya.
Menurut Dwi Prasetiyo (19) anggota Mapala Piranha bersama Tim gabungan lain seperti Federasi Arum Jeram Indonesia (Faji) Kalsel, Faji Kabupaten Banjar, Mahipa STAI Darussalam, Emergency Banjar Response (EBR), Polsek Aranio, Koramil Aranio, Global Rescue Borneo dan PMI Banjar, pencarian berawal dari titik jatuhnya korban sekaligus menyisir di sekitaran lokasi kejadian sejak pukul 07.00 wita hingga pukul 17.00 wita.

Dengan menggunakan pengayuh perahu karet, Ia dan tim pencari lainnya melakukan pelacakan dengan menyingkap area semak-semak di permukaan air dekat dengan lokasi jatuhnya korban.
“Sebelum kami melakukan penyirisan kami terlebih dahulu mengumpulkan informasi terakhir si korban sebelum hilang. Setelah itu kami menyisir bagian pinggiran danau mengikuti arah angin dan arus, karena dari titik jatuhnya korban tidak jauh dari posisi ember milik si korban yang mengapung,” Terang Tiyo panggilan akrabnya, Selasa (15/9).
“Selama beberapa jam kami melakukan pencarian hari ini si korban belum ditemukan. Kemungkinan besar dari hasil diskusi bersama tim gabungan lainnya korban belum mengapung. Diperkirakan korban tersangkut pepohonan dan semak belukar yang tumbuh di dalam danau,” Ia melanjutkan.

Tiyo memaparkan, selain bantuan tenaga pihaknya juga menurunkan beberapa perlengkapan rescue Mapala Piranha.
“Saya, Sutan dan tim FAJI Kalsel menyiapkannya sejak malam hari Sebelum berangkat. Kita ikut atas dasar jiwa kemanusian sebagai mahasiswa Pecinta Alam,” cetusnya.
“Tidak hanya di air, kita juga siap melakukan penyelamatan misalnya pada korban bencana banjir, orang hilang di pegunungan dan penyelamatan lainnya. Karena kita di Mapala dibekali pengetahuan SAR dan standard penyelamatan,” tutupnya.

Wakil Ketua Umum Faji Provinsi Kalsel, Bandi Chairullah menerangkan sebelum terjun melakukan pencarian, Ia dan tim gabungan diantaranya Mapala Piranha, Faji Kabupaten Banjar dan Mahipa STAI Darussalam melakukan pengarahan pada pukul 23.00 wita untuk menyiapkan logistik yang digunakan pada proses pencarian.
Dari hasil pengarahan tersebut, kepada korban hilang tidak diperkenankan dilakukan evakuasi pada malam hari lantaran berdasarkan Standard Oprasional Prosedur (SOP) hal itu sangat membahayakan bagi tim pencari.
“Besoknya pagi sekali sekitar pukul 6 pagi kita selaku komando di lapangan terjun bersama menggunakan perahu karet dan kelengkapan rescue yang sudah kita siapkan sebelumnya,” ungkap Bandi Chairullah.

Bagi Bandi sapaan akrabnya, aksi sosial kemanusiaan itu dilakukan berdasarkan program kerja yang termaktub dalam Bidang Water Rescue Faji Kalsel berupa aksi penyelamatan-penyelamatan di air.
“Hari ini kita balik ke Homebase dulu karena korban belum ditemukan. Besok pagi kemungkinan diturunkan kembali beberapa tim dikarenakan medan menuju lokasi korban jatuh cukup jauh dari pelabuhan sekitar 4 Kilometer ke arah tengah Waduk Riam Kanan,” terangnya kepada Redaksi8.com.
“Saya sangat berterima kasih kepada adik-adik mapala dan tim lainnya untuk ikut terjun melakukan pencarian. Semoga eksistensi mapala ini terus bergulir tidak hanya di bidang kepecintaalaman tapi juga di aksi sosial kemanusiaan seperti yang mereka lakukan,” akhirnya.

Sementara itu Kapolsek Aranio Iptu Suherman menjelaskan, bersama rombongan majelis Taklim Ushulludin Pimpinan Guru Juhran Tambak Hanyar, Kecamatan Martapura, awal kejadian korban jatuh tenggelam dilaporkan saksi terjadi pada Senin (14/9) kemarin.
Sekitar pukul 17.00 Wita, korban dan rombongan berencana melaksanakan ziarah ke Kubah yang berada di Desa Rantau Balai, Kecamatan Aranio, ditambah menjemput 2 jemaah majelis di Kampung Jungur, Desa Tiwingan Lama, Kecamatan Aranio.
Informasi yang didapat pihaknya, setelah selesai makan korban berjalan ke bagian buritan kapal kelotok untuk mencuci tangan, tapi setelah sekitar 15 menit korban tidak kembali ke dalam kapal.
“Sekitar pukul 16.15 Wita sehabis shalat Ashar si korban dan rombongan makan siang di dalam kapal. Kemudian korban berjalan ke bagian belakang kapal untuk mencuci tangan, tapi setelah sekitar 15 menit korban tidak kembali ke dalam kapal,” paparnya.
Diketahui sampai sekarang korban masih belum ditemukan, tim gabungan pencarian dari Mapala, Emergency Banjar Response (EBR), Polsek Aranio, Koramil Aranio, Global Rescue Borneo dan PMI Banjar bersama para relawan masih melakukan pencarian.