REDAKSI8.COM – Salah satu faktor penyebab penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah seperti cuaca tidak menentu, terkadang hujan, terkadang panas. Nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD terlebih dahulu terinfeksi virus dengue (DENV) sebelum menjadi faktor utama yang menularkan penyakit ini ke manusia.
Dalam satu bulan terakhir ini, di Kabupaten Banjar masih mengalami terkadang hujan, terkadang panas, dan sampai saat ini masih ada di beberapa wilayah di Kabupaten Banjar yang masih terendam dan membuat nyamuk berkembang biak dengan cepat.
Seperti yang disampaikan oleh Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar Akhmad Rizanie Anshari, Kabupaten Banjar harus waspada terjadinya demam berdarah, apalagi DBD merupakan penyakit yang tidak bisa dianggap biasa walau sering terjadi.

“Kita harapkan kepada pemerintah daerah Kabupaten Banjar khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar agar waspada terjadinya kasus Demam Berdarah Dengue atau DBD,” tuturnya.
Wakil DPRD Kabupaten Banjar dari fraksi Partai Nasdem ini mengungkapkan bahwa saat ini di kota sebelah Kabupaten Banjar dalam tiga bulan ini sudah 99 kasus.
Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar mencatat 166 kasus demam berdarah dengue (DBD) dari Januari – Maret 2023. Sebaran Kasus yakni pada bulan Januari sebanyak 51 kasus, Bulan Februari sebanyak 56 kasus dan bulan Maret sebanyak 59 kasus dan 2 kasus kematian.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar Linda Yunianti mengatakan kasus kematian akibat DBD dalam sebulan terakhir 1 orang dan pada bulan Februari 1 orang. Menurutnya, kasus DBD sepanjang Maret 2023 tergolong tinggi jika dibandingkan dengan catatan kasus DBD pada tahun 2022 yakni 228 kasus selama satu tahun.
“Faktor tingginya kasus masih karena cuaca dan juga dari perilaku orang-orang di Kabupaten Banjar yang belum banyak yang benar benar memahami bagaimana untuk mencegah DDB. Dalam artian belum begitu peduli dengan penanggulangan PSN (pemberantasan sarang nyamuk),” ucap Linda Yunianti, Senin (3/4/2023).
Linda Yunianti, bahwa di Kabupaten Banjar setiap puskesmas mempunyai kader Juru Pemantau Jentik atau Jumantik yang turun ke masyarakat untuk melakukan sosialisasi terkait bagaimana caranya agar nyamuk Aedes Aegypti tidak bisa berkembang biak.
“Terkadang masyarakat selalu minta difogging apabila ada kasus demam berdarah yang terjadi di sekitar tempat tinggal mereka, padahal fogging itu hanya membunuh nyamuk yang besar, tetapi tidak untuk jentik. Adapun tujuan fogging adalah memutus penularan demam berdarah,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa untuk mencegah demam berdarah maka harus dilakukan pencegahan berupa melakukan 3M plus yaitu menguras tempat tempat penampungan air yang dapat menjadi tempat perkembang biakan nyamuk Aedes Aegypti seperti bak kamar mandi, bak wc, vas bunga dan tempat minum burung dal lain lainnya.
Selain itu juga menutup rapat penampungan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti dan menyingkirkan atau mendaur ulang barang bekas yang bisa menampung air sewaktu musim hujan seperti ban ban bekas, kaleng dan bekas air mineral dan lainnya.
