REDAKSI8.COM – Lantaran adanya wabah Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) pada hewan ternak yang masuk ke Indonesia, diperkirakan harga hewan kurban di kantong-kantong ternak yang tersebar di Kota Banjarbaru menjelang Hari Raya Haji tahun ini akan ‘meroket’.
Hal ini dituturkan langsung oleh Kepala Bidang Peternakan Dinas Ketahanan Pangan (DKP3), Yohana K.P.
Ia memperkirakan, harga hewan kurban di Hari Raya Kurban tahun ini kemungkinan akan naik drastis. Karena adanya penerapan karantina terhadap hewan ternak yang diimpor dari luar Kalimantan, seperti sapi dari Nusa Tenggara Timur dan Bali.
“Otomatis peternak harus mengurus hewan-hewan ternak yang tiba di kandangnya selama dua minggu untuk menghabiskan masa inkubasi. Itu kan perlu dana dan keperluan lainnya untuk si hewan ternaknya,” ujarnya ketika diwawancara langsung wartawan ini di ruangannya, Senin (30/5) siang.
Proses panjang dalam pengurusan impor hewan ternak seperti sapi, kambing dan sejenisnya itu dilakukan guna mencegah terjadinya penularan PMK di setiap kantong peternak Kota Banjarbaru.
“Sekarang harga kambing satu ekor sudah diatas Rp 3 juta,” ungkapnya.
Penerapan masa karantina sendiri menurutnya cukup berpengaruh terhadap stok ketersediaan hewan ternak di kantong-kantong ternak di Banjarbaru. Tentu saja harganya pun ikut terdampak.
“Mungkin dulu daging sapi timbang hidup 80 kilogram seharga 14 juta. Sekarang bisa naik jadi 18 juta rupiah,” sambungnya menerangkan.
Dalam pencegahan masuknya PMK ke kandang-kandang ternak di Banjarbaru, pihaknya sudah melaksanakan sosialisasi dan pemeriksaan di setiap kantong ternak. Sejauh ini hewan ternak di Banjarbaru masih aman dan bebas dari PMK.
Setelah dua minggu dan dinyatakan sehat oleh petugas karantina hewan ternak boleh dikeluarkan dari kandang dan siap dipasarkan.
Meskipun selama ini hewan ternak yang diimpor ke Banjarbaru bukan dari wilayah yang suspect PMK, melainkan wilayah yang dinyatakan oleh pemerintah pusat masih bebas dari PMK.
“Daerah-daerah yang bebas PMK bisa masuk Banjarbaru tapi tetap harus melalui proses karantina selama dua Minggu,” paparnya.
“Sapi dari Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat (NTB) belum boleh masuk Karena masih terindikasi suspect PMK. Sedangkan dari Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT) masih boleh karena bebas PMK,” lanjutnya.
Kenali Proses Penularan dan Ciri-ciri Hewan Ternak Terserang Virus PMK
Berdasarkan penelitian, tingkat kematian pengidap virus PMK pada ternak sampai saat ini rendah, akan tetapi tingkat penyebarannya masih sangat tinggi.
Sekedar Informasi, Virus ini ditularkan ke hewan melalui beberapa cara diantaranya,
1. Kontak langsung(antara hewan yang tertular dengan hewan rentan melalui droplet, leleran hidung, serpihan kulit.
2. Sisa makanan/sampah yang terkontaminasi produk hewan seperti daging dan tulang dari hewan tertular.
3. Kontak tidak langsung melalui vektor hidup yakni terbawa oleh manusia. Manusia bisa membawa virus ini melalui sepatu, tangan, tenggorokan, atau pakaian yang terkontaminasi.
4. Kontak tidak langsung melalui bukan vektor hidup (terbawa mobil angkutan, peralatan, alas kandang dll.
5. Tersebar melalui udara, angin, daerah beriklim khusus (mencapai 60 km di darat dan 300 km di laut)
Sedangkan gejala klinis hewan yang tertular pada hewan dapat dilihat seperti pada sapi antara lain,
1. Terdapat demam (pyrexia) hingga mencapai 41°C dan menggigil.
2. Mengalami anorexia (tidak nafsu makan)
3. Penurunan produksi susu yang drastis pada sapi perah untuk 2-3 hari.
4. Keluar air liur berlebihan (hipersativasi).
5. Saliva terlihat menggantung, air liur berbusa di lantai kandang.
6. Pembengkakan kelenjar submandibular.
7. Hewan lebih sering berbaring
8. Luka pada kuku dan kukunya lepas.
9. Menggeretakan gigi, menggosokkan mulut, leleran mulut, suka menendangkan kaki.
10. Efek ini disebabkan karena vesikula (lepuhan) pada membrane mukosa hidung dan bukal, lidah, nostril, moncong, bibir, puting, ambing, kelenjar susu, ujung kuku, dan sela antar kuku.
11. Terjadi komplikasi berupa erosi di lidah dan superinfeksi dari lesi, mastitis dan penurunan produksi susu permanen.
12. Mengalami myocarditis dan abotus kematian pada hewan muda.
13. Kehilangan berat badan permanen, kehilangan kontrol panas.
Selanjutnya pada Domba dan Kambing diketahui ciri-cirinya adalah,
1. Lesi kurang terlihat, atau lesi pada kaki bisa juga tidak terlihat.
2. Lesi / lepuh pada sekitar gigi domba
3. Kematian pada hewan muda.
4. Keluar air liur berlebihan (hipersativasi).