
REDAKSI8.COM – Tengah viral di media sosial sebuah video yang diunggah salah satu warga Basirih Banjarmasin Adul, yang menganggap sebuah garis tengah membentang membelah awan adalah lintasan Malaikat.
Garis tersebut terbentang di bawah sinar Matahari mengerucut ke arah Banjarbaru-Martapura, yang dianggap Adul sebuah fenomenal alam pada Minggu (29/1).
Garis lurus tersebut kata Adul (pemilik video<-red) adalah lintasan malaikat menuju lokasi yang kebetulan ada acara peringatan Haul ke 18 Ulama Besar Syeikh Muhammad Zaini Bin Abdul Ghani atau Guru Sekumpul di Martapura.


“Ini garis malaikat ini. Belum hilang garisnya ini menuju ke Sekumpul,” kata Adul dalam video yang berdurasi 57 detik tersebut, Minggu (29/1) siang.
Video tersebut telah banyak menuai komentar warga net.
Sementara, berdasarkan asumsi Analis dan Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalimantan Selatan, Arief Rahman, garis tersebut adalah jejak pesawat atau condensation trails atau bisa disingkat contrails.
Contrails lanjut Arief menerangkan, merupakan fenomea awan putih atau jejak putih berbentuk garis lurus yang sangat panjang yang terbentuk setelah pesawat melintas.
Ujarnya, hal itu cukup sering terjadi di Indonesia, bahkan diseluruh penjuru dunia.
Contrails terbentuk dari gas buang yang dihasilkan oleh mesin pesawat.
Ketika mesin pesawat membakar bahan bakarnya, maka pesawat akan menghasilkan gas buang berupa karbon dioksida dan uap air.
“Mirip seperti asap knalpot kendaraan kita. Gas buang yang berupa uap air ini kemudian mengembun atau terkondensasi akibat suhu udara di luar pesawat yang sangat dingin,” terang Arief kepada Redaksi8.com melalui Via Whatsapp, Senin (30/1) pukul 13.53 Wita.
Dimana sambungnya, umumnya ketinggian jelajah pesawat terbang berada diatas 30.000 kaki atau sekitar 10.000 meter.
Suhu udara pada ketinggian tersebut adalah -30 hingga -40 derajat Celsius, dinginnya kira-kira 2-3 kali lebih dingin dari freezer kulkas.
Suhu yang sangat dingin tersebut menyebabkan uap air dari gas buang pesawat tadi mengembun menjadi titik air dan membeku menjadi kristal es dengan sangat cepat.
Kristal-kristal es inilah yang terlihat dari permukaan bumi seperti awan.
Kristal es yang membentuk contrail dapat langsung menghilang atau bertahan lama tergantung kelembapan udara di sekitarnya.
“Jika udara di sekitarnya kering maka contrail akan menguap kembali dalam waktu singkat, namun sebaliknya jika udara cukup lembap maka contrail dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama,” terangnya.
Diketahui, contrail tidak berbahaya bagi manusia, hewan, maupun tumbuhan.
Contrail tidak dapat turun menjadi hujan karena posisinya yang sangat tinggi menyebabkan kristal-kristal es contrail menguap di sepanjang perjalanannya jauh sebelum menyentuh tanah.

