Sekelabat wawasan, kearifan lokal dan budaya di Indonesia bagi negara lain merupakan daya tarik yang begitu eksotis. Bahkan saking epicnya mereka orang asing sebagian rela merogoh koceknya lebih dalam untuk bisa memanjakan dirinya dari beragam sajian tersebut.
Mulai dari mengunjungi daerah pelosok yang masih kental dengan budaya asli suku tertentu, menyaksikan penampilan tarian khas daerah, menikmati pertunjukan musik adat, membeli kerajinan tangan instrument musiknya dan menikmati kuliner khas serta sajian lainnya.
Karena bagi warga negara asing kearifan lokal dan budaya kita memiliki nilai yang begitu tinggi, salah satu budaya tradisional yang masih bisa bertahan di zaman 4.0 hingga digemari oleh warga asing adalah kerajinan pembuatan alat Musik Panting.
Alat musik utama dalam musik Panting adalah alat musik petik yang disebut panting. Salah satu alat musik tradisional khas Banjar.
Dalam kesenian musik Panting, alat musik panting biasa dimainkan juga bersama dengan suling, biola, kendang, kempul, gong, marawis, ketipung dan tamborin.
Tahukah anda? alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik ini sangat digemari warga Negara Singapura. Buktinya, seorang warga Desa 6 Takuti di Kecamatan Mataraman Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel), Ahmad Busairi mengaku, sudah menjual produk kerajinan tangannya itu sampai ke negara Singapura.
Dengan harga yang lumayan Fantastis, berkisar dari ratusan hingga jutaan rupiah alat musik tradisional ini terjual di pasar Internasional.
Ingin mengetahui lebih dalam bagaimana Ahmad Busairi memproduksi sendiri sampai bisa memasarkan produk kerajinan panting miliknya ini ke luar negeri, berikut Redaksi8.com mengulasnya di bawah ini.
REDAKSI8.COM – Ahmad Busairi (23) warga Kabupaten Banjar bersama sang adik, Sahipan, sehari-hari menghidupi keluarganya dari hasil penjualan olahan kerajinan tangan alat musik panting.
Sejak tahun 2017, Busairi dan Sahipan memulai usaha ini lantaran menurutnya kerajinan panting sendiri kian tahun kian berkurang dan semakin sulit diperoleh.
Ditambah persoalan perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat, kemajemukan masyarakat modern sekarang kurang begitu berminat dengan alat tradisonal khas Banjar itu. Bahkan di kalangan warga Banjar sendiri yang merupakan suku mayoritas di daerah Kalsel.
Saat menyadari bahwa kepopuleran panting ternyata lebih terkesampingkan apabila dibandingkan dengan alat musik modern, Busairi membulatkan tekad untuk mengenalkan panting lagi baik ke dalam maupun ke dunia luar melalui instrumen panting yang dibuatnya.
Lantaran keresahannya terhadap pergeseran nilai budaya masyarakat khususnya masyarakat Banjar.