REDAKSI8.COM – Kepala Sekolah SMA 1 Negeri Kota Banjarbaru, Finna Rahmiati meminta oknum orang tua murid yang dinilainya telah melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan ke sekolahnya mengklarifikasi dan memohon maaf di media online terkait persoalan dugaan intoleransi beragama.
Akan tetapi pihaknya tidak ingin menempuh jalur hukum akan masalah tersebut. Ia hanya ingin memberikan efek jera kepada oknum bersangkutan dan memohon maaf.
“Yang jelas sesuatu perbuatan yang tidak menyenangkan. Untuk ke jalur hukum saya tidak, cuma saya hanya ingin memberikan efek jera dan ingin yang bersangkutan mengajukan permohonan maaf,” tulisnya kepada pewarta ini.
Sampai saat ini katanya, pihaknya memang belum menemukan siapa oknum orang tua murid yang menyebut warga sekolahnya intoleransi agama. Pihak kepolisian pun belum berhasil menemukan siapa orang tersebut.
“Klasifikasi permasalahan ini media online dan permohonan maaf,” tegasnya.
Sebelumnya, salah seorang wali murid yang tidak ingin namanya disebutkan menyayangkan pihak sekolah memilih waktu libur nasional sebagai waktu pelaksanaan kegiatan.
Karena menurutnya sekolah semestinya paham tujuan dari pemerintah menetapkan hari libur nasional di perayaan hari-hari besar umat beragama.
“Di hari besar keagamaan harusnya sekolah mengerti dan menanamkan nilai toleransi kepada para siswa,” ungkapnya kepada pewarta.
Ia juga membeberkan jika dalam himbauan yang diberikan guru terhadap murid terindikasi mengandung unsur paksaan.
“Murid dihimbau melalui pesan singkat grup whatsapp sekolah agar masuk pada tanggal 16 (Hari Raya Waisak) dan 17 untuk persiapan pentas karya seni dan pameran,” tuturnya.
“Dihari itu juga akan ada absensi dan jika tidak hadir maka dianggap tidak melaksanakan kegiatan sehingga mendapat nilai 0. Jika berhalangan hadir maka harus lapor dengan Wali Kelas dan Kepala Sekolah, ” sambungnya menerangkan isi himbauan.
Dirinya sangat menyayangkan sikap sekolah yang demikian.
“Ini juga menyangkut dengan generasi penerus kita. Masa sekolah malah mengabaikan hal demikian,” cetusnya.
Tentunya dengan pesan himbauan seperti itu lebih jauh kepada pewarta, para murid akan merasa terancam terlebih hal tersebut menyangkut nilai sekolah.
“Mau tidak mau pasti semua murid akan berhadir, karena mereka terancam dengan nilai tadi,” tandasnya.