REDAKSI8.COM – Kampung Purun yang beralamat di Jalan Purnawirawan Kelurahan Palam Kecamatan Cempaka, merupakan salah satu kampung tematik yang menjadi objek wisata di Kota Banjarbaru.
Salah seorang pengrajin purun di Kampung Purun Ibu Nani (54), atau yang biasa disapa Mama Lina oleh masyarakat sekitar mengatakan, semenjak kampung purun dijadikan salah satu objek wisata di Banjarbaru oleh Walikota Banjarbaru H Nadjmi Adhani, perkembangan usaha kerajinan purunnya menjadi lebih baik.
”Penghasilan lumayan ada peningkatan, pemasaran jadi tidak susah lagi karena ada yang membantu memasarkan, ada galerinya,” ujar Ibu Nani.
Menjadi pengrajin purun sejak usia 10 tahun, barang tentu keahlian serta kecepatan Ibu Nani dalam menganyam purun tidak perlu diragukan lagi. Ia mengaku dalam satu hari minimal bisa membuat 1 lembar tikar purun.
”Biasanya kalau hari Jum’at dan Minggu ikut yasinan (pengajian), gak bikin tikar. Jadi dalam satu bulan minimal bisa bikin 25 lembar tikar,” bebernya.
Begitu juga dengan Norradinah. Jika Ibu Nani spesialis pembuat tikar purun, maka wanita berusia 36 tahun ini sudah terbiasa membuat kerajinan purun berupa tas.
”Kalau saya dalam satu hari bisa bikin 2 tas. Pernah juga dalam 1 bulan membuat seribu buah tas pesanan, tapi itu dikerjakan secara berkelompok. Kebanyakan dari dinas-dinas yang memesan, seperti dinas perdagangan, dinas pariwisata. Rata-rata sih untuk souvenir,” ungkapnya.
Ia menyebutkan, untuk tas polos berukuran sedang dihargai sekitar Rp 15 ribu, sedangkan tas yang bermotif/berwarna Rp 25 ribu.
Baik Ibu Nani maupun Norradinah ternyata memiliki harapan serupa. Mereka berharap pemerintah daerah dapat membantu pengadaan alat/mesin tumbuk purun. Karena menurut mereka, alat/mesin tumbuk yang ada saat ini sudah mulai rusak.
”Kami juga berharap dibuatkan tempat khusus untuk para pengrajin purun. Jadi di tempat itu selain kami bisa kumpul-kumpul sambil menganyam purun, hasil kerajinan purun kami juga bisa langsung dijual di sana,” beber Ibu Nani.