REDKASI8.COM – Dilansir dari wabesite detikhealth, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi wabah pertama virus Marburg terjadi di Guinea wilayah bagian Afrika Barat, dimana ada 9 kematian yang sudah dilaporkan, Rabu (15/2).
Saat di konfirmasi mengenai virus Marburg kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Dr. Diauddin menyampaikan, di Indonesia dan Kalimantan Selatan (Kalsel) sampai dengan saat ini belum ada laporan terkait serangan virus Marburg.
“Di Indonesia dan kalsel tidak ada kasus virus Marburg tersebut,” ucapnya.
Meski begitu, pihaknya akan terus meningkatkan surveilan infeksi penyakit-penyakit yang berpotsnsial wabah melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) Provinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas, serta Rumah Sakit.
“Penanganan tentunya menghindari kontak erat dengan orang yang terkena virus Marburg, dan menjaga protokol kesehatan,” jelasnya.
Diketahui, ciri-ciri atau tanda virus Marburg seperti demam tinggi, sakit kepala, diare berair parah, sakit perut dan kram, kedinginan, nyeri otot, muntah, serta keadaan yang memburuk selama beberapa hari kedepannya, hingga mengeluarkan darah disetiap lubang ditubuh, termasuk pada luka tusukan jarum.
Seperti darah segar pada muntahan dan fases seringkali disertai dengan pendarahan dari hidung, gusi, dan vagina, serta pendarahan spontan dapat terjadi di tempat tusukan, dimana diperoleh saat memberikan cairan atau mengambil sampel darah.
Dr. Diauddin menambahkan, virus Marburg merupakan virus yang bersifat zoonosis atau virus yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
Berdasarkan dari berbagai hasil penelitian, kelelawar buah (Rousettus aegyptiacus) dari family Pteropodidae dianggap sebagai inang alami virus Marburg.
Semantara monyet dan primata lainnya rentan terhadap infeksi virus Marburg, tetapi tidak dianggap sebagai inang reservoir, karena mereka mati dengan cepat setelah terinfeksi.
Namun, monyet hijau Afrika (Cercopithecus aethiops) yang diimpor dari Uganda adalah sumber infeksi bagi manusia selama wabah Marburg pertama pada tahun 1967.
Lebih jauh Dr. Diauddin menjelaskan, infeksi MVD pada manusia dapat terjadi akibat kontak yang terlalu lama di area tambang atau gua yang dihuni oleh koloni kelelawar Rousettus.
Penularan juga dapat terjadi karena kontak manusia dengan satwa liar, khususnya monyet yang telah terpapar virus dari kelelawar.
Sedangkan penularan sekunder virus Marburg terjadi melalui penularan dari manusia ke manusia melalui kontak langsung seperti selaput lendir dengan darah, sekresi, tempat tidur, pakaian yang terkontaminasi dengan cairan orang yang terinfeksi.
Sementara itu, seorang warga Mentaos, Kota Banjarbaru yang pernah mengalami Covid-19 Elina Priscillia mengatakan, baru mulai tenang dengan covid-19 sudah muncul lagi kabar adanya wabah baru yakni virus Marburg.
Ia berharap, Pemerintah bisa memperketat protokol kesehatan, sehingga tidak ada lagi bermunculan virus-virus di Indonesia khususnya di Kalimantan Selatan ini.
“Lebih memperketat lockdown supaya mencegah virus masuk ke wilayah Indonesia,” tandasnya.
(Red8-Irma)