REDAKSI8.COM – Pemerintah Kota Banjarbaru tengah berupaya mewujudkan Program Penurunan stunting dari tahun 2022 hingga 2024 menjadi 12%.
Ini disampaikan langsung oleh Wakil Walikota Banjarbaru Wartono dalam pertemuan koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting ( TPPS) Kota Banjarbaru tahun 2022, Rabu (14/9).
Wartono mengatakan, masalah stunting tidak bisa diselesaikan seperti membalik telapak tangan, harus di selesaikan dari hulu ke hilir.
Ia meminta semua instansi pemko terkait beserta stakeholder bisa bekerja sama dalam ikut serta penurunan stunting di Kota berjuluk Kota Idaman ini.
“Terutama pada penguatan data (Stunting<–red),” ujarnya.
Ia ingin, data-data yang sudah di lmasukan kembali dirincikan. Baik setiap kecamatan dan kelurahan.
“Tampilkan data-datanya saat evaluasi, dalam hal ini aksi penurunan stunting secara Nasiasonal yang ditargetkan Presiden Jokowi 40%, mudah-mudahan dikota Banjarbaru bisa turun menjadi 12% untuk harapan kami,” harapnya.
Menurut Wartono pendataan stunting tidak dilakukan setelah bayi lahir, tapi sebelumnya.
“Pada saat ibu hamil Intervensi gizi dan lain-lain harus diperhatikan, begitu juga anak setelah lahir sebelum 2 tahun di Intervensi,” jelasnya.
Diketahui, data tingkat stunting di Kota Banjarbaru tahun 2021 ada 19 % lebih. Sekarang sudah 13,9%.
“Ini malah dibawah turun dari Nasional artinya sangat bagus, tetapi tidak berlengah-lengah karena anak lahir akan berjalan terus, jadi anak stunting itu tidak dilihat dari pendek itu stunting, karena pendek itu belum tentu stunting tetapi kalo stunting pasti pendek. Itulah sebelum 2 tahun anak itu di intervensi gizi dan lain-lainnya,” Wartono memaparkan.
Berdasarkan data yang dihimpun tim Redaksi8.com, stunting di Kota Banjarbaru terbanyak ada di Kelurahan Laura Kecamatan Liang Anggang, Cempaka Kelurahan Sungai Tiung. Sedangkan di Kelurahan Mentaos sudah cukup rendah.
“Indikasi potensi stunting ada beberapa kriteria, termasuk air sumur yang terbuka. Lalu wc nya dan itu sebagai indikasi-indikasi stunting itu sendiri,” tegasnya
Sehingga Ia menyarankan, pendidikan mulai pranikah harus memahami pentingnya gizi untuk anak.
Pasangan baru menikah penting mengetahui anak di dalam kandungan untuk lebih diperhatikan. Kemudian memastikan asupan gizinya terpenuhi, agar anak lahir dengan normal tidak stunting.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBPMP2A) di Kota Banjarbaru, Sri Lailana juga menjelaskan acara tersebut dilaksanakan sebagai bentuk komitmen dari pemerintah kota Banjarbaru untuk percepatan penurunan stunting.
Dari data yang dievaluasi Sri Lailana, bersama-sama dengan Staekholder (pemegang saham) lainnya berkomitmen untuk menurunkan angka stunting di Kota Banjarbaru.
Menurut data elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (E-PPGBM), data stan tinggi paper Agustus tadi 10,88%.
“Pemerintah ditargetkan ditahun 2024 14% tetapi di pemerintah kota Banjarbaru berkomitmen bisa menurunkan lebih rendah lagi dari 14%,” sebutnya.
“Salah-satu program intervensi yang baru saja kita laksanakan, yaitu program Bapa Asuh Anak Stunting, dari data ada 76 anak asuh stunting yang akan di intervensi dengan program tersebut,” tambahnya Sri Lailana
Pada tahun 2021 angka repalensi stunting Banjarbaru mencapai 19%. Dari data itu sudah ada penurunan di Kota Banjarbaru.
Sementara target yang disepakati oleh BAPPEDA, Dinas Kesehatan, dan BPS bisa turun ke angka 11% di tahun 2024.
(Red8-Irma)