REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Seni bela diri tradisional suku Banjar Kuntau, merupakan olahraga atau kesenian tradisional yang harus dilestarikan kembali.
Karena kelestarian Kuntau sangat penting, agar kelak generasi penerus di banua tidak meninggalkan seni bela diri khas Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
Seni bela diri Kuntau ini didukung dan dinaungi Pemerintah Kota melalui Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) agar bisa berkembang serta diketahui khalayak luas oleh generasi muda.
Dukungan yang diberikan pemerintah tidak tanggung-tanggung, yakni menggelar perlombaan Kuntau secara berjenjang dari tingkat Kota, Provinsi sampai Nasional.
Bahkan, Apsbi (Asosiasi Perguruan Pencak Silat Budaya Indonesia) juga mewadahi hingga ke kejuaraan tingkat Nasional.
“Beli diri Kuntau adalah dari peninggalan para orang terdahulu atau ciri khas orang banua Banjar, asli dari khususnya Kalimantan Selatan,” ucap pelatih perguruan Kuntau Raja Pati Kota Banjarbaru Taufik Rahman.
Adapun perbedaan Kuntau dengan Pencak Silat lainnya, yakni pasti memiliki tata cara, sifat, dan pengertian yang lebih mendalam di masing-masing perguruan, namun pada dasarnya sama saja untuk membela diri.
Sedangkan dalam gerakannya Kuntau sendiri terdiri dari palangkahan, pelapasan, dan patikaman.
Artinya palangkahan itu adalah tata cara gerakan Kuntau, seperti langkah 1 sampai 9 atau 1 sampai 12 tergantung dari masing-masing aliran perguruan.
Kemudian, pelapasan yaitu cara melepaskan atau menghindar dari serangan lawan.
Dan selanjutnya, patikaman adalah cara menghindar tetapi langsung menyerang atau menghindar langsung melumpuhkan lawannya dengan gerakan-gerakan tertentu.

“Sama saja untuk membela diri, cuman berbeda sifat, tatanya atau pengertian lebih mendalam mengenai bela diri Kuntau, khususnya Banua kita Banjar,” ujarnya.
Saat ini seni bela diri Kuntau sudah banyak diminati oleh para generasi muda di wilayah Kabupaten/Kota khususnya Kalsel. Salah satunya adalah perguruan Kuntau Raja Pati.
“Sudah banyak disukai, khususnya diperkotaan banyak yang melestarikan dari berbagai macam perguruan Kuntau,” ucapnya.
Lebih jauh, Taufik menjelaskan, sejak Tahun 2015 perguruan Kuntau Raja Pati sudah mulai mengikuti kejuaraan, dengan jumlah anggota saat ini kurang lebih ada 80 orang.
Pada Tahun 2022, perguruan Kuntau Raja Pati telah mewakili Kalimantan Selatan tingkat Nasional di Palembang, dengan kategori bercerita umum.
Tidak hanya itu, biasanya seni bela diri Kuntau kerap ditampilkan pada saat acara perkawinan, hajatan maupun event-event budaya daerah.
“Tahun 2015 mulai berkecipung dalam perlombaan, dari Tahun 2016 sampai 2019 masih bertahan juara 1 dan 2,” ungkapnya.
“Lalu tahun 2020 sampai 2023 masih bertahan juara 1 dan 2, alhamdulillah masih diberi amanah untuk memberi semangat kepada kawan-kawan dari perguruan lain,” tandasnya.
Sedangkan untuk mempelajari seni bela diri Kuntau ini tidak ada batasan umur, dari anak-anak, remaja, hingga dewasa bisa belajar.
Sementara itu, salah satu peserta perguruan Kuntau Raja Pati, Ahmad Berkah mengatakan, awal mula mengetahui seni bela diri Kuntau dari teman-teman dan guru di sekolah pondoknya.
“Baru masuk, pertama niatnya menuntut ilmu, kedua ingin melestarikan budaya Banjar,” pungkasnya.
