REDAKSI8.COM, PARINGIN— Petani ikan di Desa Dahai, Kecamatan Paringin, Kabupaten Balangan beralih mata pencaharian dari budidaya ikan keramba menjadi penyadap karet.
Hal Itu ditengarai, lantaran kualitas air sungai disana sejak beberapa bulan terakhir dinilai buruk.
Dampaknya, ribuan ekor ikan sempat mati mendadak. Sehingga, sebagian dari petani terpaksa berhenti membudidayakan ikan keramba, beralih jadi penyadap karet.
Juanda (40), warga Dahai mengaku, sebelumnya Ia memanfaatkan aliran sungai di desa mereka untuk budidaya ikan keramba. Bahkan dengan jumlah ikan yang terbilang banyak.
Tapi, karena kualitas airnya telah berubah sampai merugikan usahanya, terpaksa Juanda berhenti menggantungkan mata pencahariannya sebagai pembudidaya ikan.
“Warna air sungai kadang coklat lalu tiba-tiba berubah bening. Setiap hari pun debit air sungai tidak menentu, kadang bisa surut, namun bisa kembali naik secara tiba-tiba,” ungkapnya saat ditemui Redaksi8.com, Rabu (7/6/2023).
Juanda bercerita, ikan keramba miliknya pernah mati mendadak. Diperkirakan lebih dari 2.000 ekor yang mati.
Beruntung, atas peristiwa itu Ia mendapat kompensasi atau ganti rugi melalui instansi pemerintah setempat.
Sekarang warga di tempatnya pun ikut memutuskan lebih memilih untuk tidak lagi menjadi pembudidaya ikan.
Malahan, segelintir warga di Desa Dahai tampak lebih fokus mengelola perkebunan karet.

Sedangkan air sungai yang dulu dimanfaatkan sebagai lahan budidaya ikan itu, sekarang hanya digunakan untuk keperluan sehari-hari saja, seperti mandi dan mencuci.
Tidak berbeda, Kepala Desa Dahai, Sulaiman membenarkan, saat ini waragnya lebih banyak yang memilih mengelola perkebunan dan bertani padi di sawah, ketimbang membudidaya ikan keramba.
“Sebagian besar warganya banyak yang tidak lagi memanfaatkan air sungai untuk usaha pertanian membudidayakan ikan keramba,” ungkapnya.
Selama ini, budidaya ikan keramba memang dianggap usaha pertanian sampingan oleh sebagian besar warga setempat.
Bahkan, warga juga telah diberi peluang untuk membudidayakan ikan dengan sistem bioflok.
Akan tetapi, karena membutuhkan modal yang cukup banyak, sekarang tidak lagi digunakan, pun dinilai kurang menguntungkan.
“Budidaya ikan keramba itu, jika didukung kondisi debit air sungai yang stabil dan kualitas air yang baik, budidaya ikan keramba sangat berpotensi menguntungkan,” kata Sulaiman menandaskan.
Diketahui, beberapa tahun belakangan memang budidaya ikan menjadi mata pencaharian ‘primadona’ bagi warga Desa Dahai. Potensi budidaya ikan sempat menjanjikan para petani setempat.
Penulis Zaki Mubarak