REDAKSI8.COM – Wali Kota Banjarbaru Muhammad Aditya Mufti Ariffin di dampingi Kepala DP2KBPMP2A Kota Banjarbaru Sri Lailana menghadiri Acara Pembukaan Orientasi Teknis Tim Pendamping Keluarga dalam rangka Percepatan Penurunan Stunting di Kota Banjarbaru di Aula Gawi Sabarataan, Senin (25/4).
Wali Kota Banjarbaru Muhammad Aditya Mufti Ariffin mengatakan, orientasi ini sangat penting sebagai media peningkatan wawasan dan kemampuan saudara-saudara sebagai kader-kader tim pendamping keluarga.
Tentunya dari kegiatan ini diharapkan menjadi ajang silaturahmi, komunikasi dan sosialisasi antara kader-kader tim pendamping keluarga untuk saling menyempurnakan dan mendukung keberhasilan program-program di daerah masing-masing.
Sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas merupakan syarat untuk membawa negara, bangsa, masyarakat dan daerah ke arah kemajuan. Namun penyiapannya masih terkendala tantangan yang bernama stunting.
Berdasarkan data survei status gizi balita indonesia tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita.
Prevalensi stunting ini telah mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi Presiden Joko Widodo menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024.
Pemerintah Kota Banjarbaru dalam rangka mewujudkan misi tersebut terus melakukan berbagi upaya, seperti penandatanganan komitmen bersama percepatan penurunan stunting dengan melibatkan lintas sektor terkait.
Upaya lainnya yaitu pemberdayaan tim pendamping keluarga yang terdiri dari bidan, kader PKK dan kader keluarga berencana.
Tim pendamping keluarga bertugas mengedukasi, sosialisasi dan screening pencegahan stunting pada 3 kelompok sasaran, diantaranya calon pengantin, ibu hamil dan keluarga yang memiliki anak di bawah 2 tahun.
Ketiga kelompok sasaran ini memang yang paling beresiko tinggi mengalami kasus stunting.
“Deteksi dini terhadap resiko stunting terus kita masifkan,” ujar Walikota.
Keberadaan tim pendamping keluarga diharapkan bisa memperluas cakupan penemuan potensi stunting di masyarakat, sehingga semakin awal ditemukan akan semakin cepat di intervensi.
Tim pendamping keluarga juga akan memfasilitasi kelompok sasaran terkait pelayanan rujukan dan pemberian bantuan sebagai upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan keluarga.
Caranya ialah dengan memberikan 7 layanan konvergensi, antara lain kesehatan ibu dan anak, konseling gizi, air bersih dan sanitasi, perlindungan sosial, pendidikan melalui PAUD, pengasuhan anak di keluarga dan pendayagunaan lahan pekarangan, serta kolaborasi seluruh pihak, diharapkan angka stunting dapat ditekan seoptimal mungkin.
“Semoga keberadan tim pendamping keluarga di seluruh wilayah di Kalimantan Selatan mampu menjadikan masyarakat lebih peduli dan menyadari jika stunting pada anak adalah hal yang harus ditangani segera,” harap Aditya.
Perwakilan BKKBN Ir H Ramlan mengucapkan terimakasih dan juga mengapresiasi apa yang telah di lakukan oleh Wali Kota Banjarbaru terkait penurunan angka stunting di Banjarbaru.
Ia menjelaskan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak.
Kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa dan lanjut usia. Otaknya hanya 35 % saja dan itu sangat sulit menerima ilmu atau pendidikan.
“Melalui tim pendamping keluarga ini semoga bisa menurunkan angka stunting di daerah kita,” inginnya.
Sementara itu Kepala DP2KBPMP2A Kota Banjarbaru Sri Lailana menambahkan, sebanyak 66 tim pendamping keluarga di seluruh kelurahan se Kota Banjarbaru, memiliki pendamping yang terdiri dari 3 orang.
Dikoordinasi oleh bidan atau tenaga kesehatan, kader PKK dan Kader KB. Total kader se Kota Banjarbaru berjumlah 498 Kader.
Dimana keluarga yang menjadi sasaran pendampingan oleh tim keluarga adalah remaja atau calon penganten atau calon pasangan usia subur 3 bulan sebelum terjadinya pernikahan atau sebelum berkeluarga, pasangan usia subur, ibu hamil dan pasca persalinan serta keluarga yang memiliki anak 0 – 23 bulan, dan keluarga yang memiliki anak usia 24 sampai 59 bulan.