REDAKSI8.COM – Puluhan rumah warga di Jalan Mistar Cokro Kusumo, Kelurahan Bangkal hingga perbatasan Kota Banjarbaru – Kabupaten Tanah Laut terkena dampak aktivitas pengurukan tanah untuk rehabilitasi jalan yang diselenggarakan Dinas PUPR Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
Ada sebanyak tiga Rukun Tetangga (RT) di Kelurahan Bangkal Banjarbaru yang terdampak langsung akibat aktivitas pengurukan tanah rehabilitasi jalan tersebut. RT 9 sampai RT 11.
Ada beberapa faktor yang menjadi keluhan warga setempat, pertama debu ketika panas dan kedua jalan menjadi berlumpur serta licin saat hujan.
Menurut warga Kelurahan Bangkal RT 11 RW 4 Banjarbaru, Muhammad Muslih (39), kurang lebih satu bulan Ia dan warga setempat merasakan imbas langsung akibat aktivitas pengurukan tanah untuk rehabilitasi jalan di Jalan Mistar Cokro Kusumo, Kelurahan Bangkal hingga perbatasan Kota Banjarbaru – Kabupaten Tanah Laut.
Akibatnya hampir seluruh warung pedagang buah dan pemilik kios disekitaran aktivitas proyek itu terpaksa tutup.
Ada yang masih bertahan namun bagian depan rumahnya didinding menggunakan plastik transparan supaya tidak terkena langsung debu yang dihasilkan dari aktivitas lalu lintas pengendara roda dua, empat hingga truk angkutan.
“Kalau siang jalan disini berdebu seperti sekarang. Sedangkan bila turun hujan jalan jadi seperti bubur dan licin,” ungkapnya kepada Redaksi8.com, Kamis (4/8) siang.
Banyak juga tuturnya, pengendara roda dua berjatuhan di sekitar jalan karena jalan licin saat turun hujan.
Muslih yang berprofesi sebagai pedagang gorengan di dekat tugu perbatasan Banjarbaru-Tanah laut itu berpendapat, jika jalan itu segera di aspal maka dampak yang dirasa olehnya itu akan berakhir.
Oleh karena itu Ia ingin pemerintah yang bersangkutan dalam hal ini Dinas PUPR Kalsel segera menyelesaikan rehabilitasi jalan tersebut.
Karena baginya pemerintah cenderung lamban sampai-sampai warga di tempatnya mesti meregang derita dulu.
“Biasanya setiap sore jualan gorengan saya ada yang beli, sekarang jangankan beli, mampir saja orang enggan karena berdebu. Begitu pula dengan pedagang lain,” ungkap Muslih.
Warung jualannya sempat didinding menggunakan plastik tapi debu tetap masuk. Karena mobil angkutan besar yang melintas di jalan itu membuat debu semakin besar bertebaran.
Sehingga Muslih dan istri terpaksa berjualan di dalam gang kecil dekat tempat tinggalnya.
“Sewaktu pemilihan memohon-mohon ke kami minta dipilih, setelah jadi kami diperlakukan seperti ini, seperti sampah. Kami ingin secepatnya diselesaikan supaya bisa berjualan lagi,” ketusnya.
Urukan tanah di sepanjang jalan yang jaraknya sekitar 1 kilometer itu sebagian ditanami warga setempat dengan batang pohon pisang dan beberapa tanaman lain. Bahkan ada pohon pisang yang sempat berbuah.
Itu dilakukan sebagai bentuk sindiran kepada pemerintah supaya secepatnya menyelesaikan pengerjaan proyek jalan itu.
Jalan Berdebu, Warga Kelurahan Bangkal Keluhkan Mata dan Perut Sakit