REDAKSI8.COM – Kabar duka kembali datang dari Penggiat Alam Bebas di Tanah Jawa, telah ditemukan 3 pendaki terbujur kaku di kawasan Gunung Tampomas, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Minggu (3/3). Seperti yang dilansir pada laman web Merdeka.com hari ini, Identitas ketiganya berhasil diketahui. Mereka adalah pelajar asal Kabupaten Indramayu.
Juru Bicara Kantor Pencarian dan Pertolongan Bandung, Joshua Banjarnahor mengatakan identitas ketiga korban yakni Ferdi Firmansyah kelahiran Indramayu 11 Maret 2006, Lucky Parikesit kelahiran Indramayu 28 Februari 2006 dan Agip Trisakti, kelahiran Indramayu 1 September 2004.
Seluruhnya warga Blok Kuang, Desa Tugu Kidul, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu.
“Dengan telah dievakuasinya korban oleh tim Sargab, maka kami usulkan penutupan operasi SAR,” kata Joshua dikutip dari Antara, Senin (4/3).
Ia menuturkan, informasi awal musibah yang menimpa tiga pendaki itu tersambar petir di Gunung yang tingginya mencapai 1684 meter dari permukaan laut (mdpl), namun setelah dilakukan pemeriksaan dan evakuasi korban diduga akibat kedinginan atau hipotermia.
Kondisi korban saat ditemukan, kata Joshua, dalam keadaan terbujur kaku di tenda dengan pakaian masih basah. Mereka selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumedang.
“Posisi korban meringkuk, kemungkinan menahan dingin,” kata Joshua.
Ia menyampaikan, petugas gabungan saat pertama menemukan ketiga korban hanya mendapati tenda, pakaian dan beberapa perlengkapan mendaki, sedangkan identitasnya tidak diketahui.
Petugas, lanjut dia, mengetahui ketiga korban melakukan pendakian di jalur Narim.
Sementara itu, Ketua keluarga besar Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Kalimantan Selatan, Arif Fadillah berkomentar, Sebagai Rimbauan Gunung kejadian seperti ini menurutnya merupakan resiko yang harus siap dihadapi, bagi setiap para pendaki gunung maupun penjelajah alam.
Akan tetapi resiko-resiko seperti ini, baik yang tehnis maupun non-tehnis (musibah alam) sambungnya, dapat diminimaliskan dengan persiapan dan pengetahuan survival yang cukup.
“Itulah gunanya pendidikan dan latihan kepecintaalaman. Kami saja sebelum maupun sesudah melakukan kegiatan di alam harus melakukan persiapan, rapat, evaluasi dan simulasi terlebih dahulu, supaya mengurangi munculnya kejadian yang terjadi pada korban pendaki di Gunung Tampomas,” Ungkap Pria yang akrab disapa Arif.
Ia menambahkan, manajemen perjalanan dan mapping merupakan kunci keberhasilan disetiap pendakian maupun lintas perjalanan di kawasan alam liar.
“Kami saja memerlukan waktu 6 bulan hingga satu tahun, untuk pendalaman materi dan fisik sebelum melakukan ekspedisi atau perjalanan ke alam liar,” pungkasnya, Senin (4/3).