REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Banjarbaru meningkat signifikan dibandingkan Tahun 2022 lalu.
Tercatat sepanjang tahun 2022 ada 140 kasus DBD. Sedangkan 2023 sudah ada sekitar 314 kasus dari bulan Januari hingga November.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarbaru, Dr. Juhai Triyanti Agustina mengaku, apabila dibandingkan dengan bulan-bulan kemarin memang terjadi peningkatan.
Sebelumnya, ketika dilanda kabut asap penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) meningkat, dan kasus DBD turun.
Namun, saat ini ISPA sudah turun, tetapi kasus DBD kembali muncul.
“Kalau di tahun ini dibandingkan tahun kemarin memang terjadi peningkatan,” ucapnya. Rabu (13/12/23).
Dengan begitu, Juhai mengimbau, kepada masyarakat Kota Banjarbaru agar menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta terus gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus.
Tidak hanya itu, masyarakat juga diharapkan terus berinovasi untuk melakukan gerakan serentak basmi dan musnahkan jentik nyamuk (Gertak Bapuputik).
“Diharapkan ini peran serta seluruh masyarakat, paling tidak seminggu sekali babarasih, menggerakan 3M Plus nya,” harapnya.
Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Daerah Idaman (RSDI) Kota Banjarbaru, Dr. Dany Indrawardhana mengatakan, seiring berjalannya musim yang sudah mulai hujan ini menjadi salah satu faktor meningkatnya kasus DBD.
“Sesuai data di Oktober itu ada 39 pasien, di November meningkat sekitar 59 pasien, Desember ini baru terdeteksi sekitar baru 9 orang,” sebutnya.
Menurutnya, rentan usia terkena kasus DBD adalah anak-anak. Dengan gejala awal seperti demam tinggi yang turunnya tidak selalu normal ketika diberikan obat penurun panas.
Sehingga kebanyakan diperkirakan sembuh, padahal masih masuk dalam fase masa kritis.
“Prinsipnya pasti ada demam, dan itu akan kita buktikan dengan pemeriksaan darah yang biasanya kita lakukan pemeriksaan darah di demam hari ke-4 atau ke-7, jadi kita harus waspada terus,” katanya.
Meski demikian, kondisi saat ini masih bisa dibilang terkontrol, artinya belum ada penambahan mekanisme bed atau lainnya.
“Semua masih terkontrol, tempat tidur kita masih cukup untuk pasien-pasien yang sudah terdiagnosa DBD,” pungkasnya.