REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Dampak curah hujan yang tinggi di wilayah Kota Banjarbaru ternyata masih berpotensi banjir.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kota Banjarbaru Ma’ruf Rizani, katanya, potensi banjir memang masih ada tapi sudah berkurang dengan adanya Embung Gunung Kupang di Cemapaka.
“Jadi air yang turun dari atas itu sudah masuk ke embung, tapi tidak bisa menghilangkan 100 persen masalah banjir disana, tetap pasti ada,” ujarnya.
Ayub sapaan akrabnya mengakui, kehadiran Embung Gunung Kupang sudah membantu pengurangan terjadinya banjir.
“Beberapa minggu lalu memang ada peningkatan air tapi ya itu tadi tidak sampai berdampak ke masyarakat sekitar,” katanya.
Meski demikian, BPBD Banjarbaru tetap memantau dan mengawasinya selama 1×24 jam melalui CCTV.
Bahkan, status siaga banjir pun masih akan berlaku sampai tanggal 30 Maret 2024 mendatang.
“Kami selalu bersiaga 1×24 jam apabila ada loparan bencana dari warga,” tuturnya.
Dengan begitu, Ia tetap mengimbau kepada warga Kota Banjarbaru terutama yang berada tidak jauh dari aliran sungai untuk selalu waspada terhadap bencana banjir.
“Himbauannya, kami selalu bersikap waspada jadi diharapkan masyarakat juga harus tetap waspada dengan lingkungan sekitar,” imbaunya.
Sebelumnya, Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalimantan Selatan (Kalsel), menyebut wilayah Kalsel masih musim hujan.
Periode puncak musim hujan di Kalsel sudah lewat, yakni di bulan Januari dan Februari kemarin.
Meski demikian, biasanya setelah melewati puncak musim hujan di bulan Januari dan Februari curah hujan akan menurun seiring memasuki musim kemarau.
Prakirawan Iklim BMKG Kalsel, Yosef Lucky Dwi Prasetya menerangkan, mengapa di bulan Maret masih terjadi curah hujan yang tinggi disebabkan beberapa faktor regional.
Pertama, Madden Julian Oscillation (MJO) merupakan sirkulasi udara yang bergerak dari Samudra Hindia ke Samnudra Pasifik, dari Barat ke Timur, lalu diekuator oleh Indonesia termasuk Kalsel.
Dampaknya MJO menambah curah hujan atau intensitas hujan di wilayah Kalsel bagian Selatan.
Tak hanya itu, adanya suhu muka laut diperairan Kalsel yang hangat, serta masih berlangsungnya angin muson timur juga menjadi faktornya.
“Memasuki bulan Maret ini memang curah hujan di Kalsel, Banjarbaru, Banjarmasin, khususnya daerah Kalsel bagian Selatan Tanah Laut, Barito Kuala, dan Banjar itu memang ada pengaruh dari faktor regional,” katanya, Senin (25/3/24).
Yosef menjelaskan, monsun asia atau angin muson timur mulai dari Banua Asia ke Banua Australia membawa banyak uap air yang menyebabkan curah hujan.
“Suhu muka laut yang hangat itu menambah potensi pembentukan awan yang menyebabkan terjadinya hujan atau menambah intensitas hujan,” jelasnya.
Saat memasuki bulan April dan Mei, dikatakan Yosef, curah hujan akan berangsur menurun seiring memasuki musim kemarau.
Dengan begitu, Ia mengimbau kepada seluruh warga Kalsel agar terhindar dari bencana, khususnya bencana Hidrometeorologi, dengan cara selalu mengupdate informasi cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG.
“Kami menghimbau untuk masyarakat selalu update informasi cuaca, karena cuaca itu dampaknya kemana-mana, contoh cuaca hujan deras menyebabkan banjir, longsor dan sebagainya,” imbaunya.