REDAKSI8.COM – Dunia pendidikan memang selalu menjadi bahan paling menarik perhatian, apalagi dimasa pandemi covid-19 ini. Sejak diumumkannya oleh Menteri Pendidikan dan Budaya (Mendikbud), Nadiem Makarim, perihal metode pembelajaran daring bagi siswa siswi sekolah disemua tingkatan, memang mampu menoreh perhatian khusus.
Seperti yang dilakukan Sekolah Dasar Negeri 3 Komet Kota Banjarbaru, para dewan guru pengajar yang sejak bulan Maret hingga sekarang sementara waktu tidak dapat bertemu para murid-muridnya itu, tetap teguh memberikan materi pembelajaran walaupun sifatnya daring/ online.
Uniknya, dalam metode daring yang dijalankan para dewan guru SDN 3 Komet itu, para pengajar tetap saja hadir ke sekolah mengenakan setelah dinas harian seperti hari biasa, tanpa bertatapan langsung dengan wajah lucu dan polos anak didiknya.
Saat didatangi Reporter Redaksi8.com, Mereka para guru berbaris diluar kelas melakukan pengajaran secara daring menggunakan aplikasi Zoom dan WhatsApp.
Kepala Sekolah SDN 3 Komer Kota Banjarbaru, Budiati mengukapkan, metode daring ini sangatlah cocok diterapkan dikala masa pandemi sekarang, dibandingkan pembelajaran secara luring.
Karena baginya, metode daring tentu saja dapat menekan angka penyebaran virus covid-19. Sedangkan metode belajar luring atau offline para guru harus mendatangi tempat tinggal salah satu sisiwa dan melakukan pembelajaran bersama yang sudah dikelompokan.
“Lebih efektif seperti ini, kalau mendatangi rumah siswanya nanti malah di sana terjadi penyebaran covid-19, kasian anak-anak,” terangnya kepada pewarta, Selasa (28/7).
Dibentuk menjadi beberapa kelompok, pengajaran di luar ruang kelas menurut Budiati supaya ia dengan mudah dapat memantau para guru yang sedang bertugas. Selain karena lebih efesien dan rilex, posisi pengajaran di luar ruang kelas juga bisa menyempurnakan jaring wifi yang diterima masing-masing ponsel android para pengajar.
“Kalau satu satu di kelas kan agak repot diperiksa. aSedangkan di luar kaya gini kan mudah dipantau, dan pencahayaannya juga bagus kalau masuk kamera, supaya terlihat jelas oleh para siswa di rumah masing-masing,” jelas Budiati.
“Belajarnya berkelompok menggunakan WA, satu kelompok diisi oleh 5 sampai 6 orang termasuk pengajarnya. Kelompok pertama dari pukul 08.00 sampai pukul 09.00 wita. Lalu kelompok berikutnya menerapkan durasi yang sama, yakni satu jam sekali belajar,” lebih jauh kepada Redaksi8.com
Adapun kendala selama hampir 5 bulan mengajar jarak jauh kata Budiati, sulitnya jaringan wifi yang dipakai secara bersamaan tatkala menimbulkan hilangnya sinyal. Oleh sebab itu, pihaknya menyediakan kuota untuk keperluan pengajaran sebesar 4 Gigabyte (GB) kepada para walikelas masing- masing.
“Mudah-mudahan pandemi ini cepat selesai dan bisa bertatap muka lagi bersama anak- anak,” harap Kepsek SDN 3 Komet.
Selanjutnya, Guru kelas II A, SDN 3 Komet Kota Banjarbaru, Hairunnisa mengaku, awalnya cukup kesulitan melakukan pengajarann daring. Karena cara yang diterapkan masih menghunakan via chat WhatsApp kepada orang tua siswa. Seiring adaptasi, pihak sekolahnya bermusyawarah untuk mengganti caranya belajarnya menjadi video call lewat WhatsApp ke masing-masing kekompok siswa.
Namun Ia menyayangkan, penerapan belajar seperti itu masih belum begitu maksimal. Dalam sehari Nisa harus memberikan pengajaran kepada 2 kelompok belajar siswa di kelasnya dengan materi yang sama. Sedangkan dalam kelasnya sendiri terdapat 4 kelompok belajar.
“Akhrinya setelah dilakukan musyawarah bersama orang tua murid dikelas saya, agar sebaiknya menggunakan aplikasi zoom supaya peserta didiknya lebih banyak, tidak terbagi beberapa kelompok,” Ia menerangkan.
“Saya tadi baru saja melakukan pembelajaran dengan aplikasi zoom, dan para anak bisa tercover. Tapi tidak semua bisa menggunakan aplikasi itu, sehingga kadang saya masih terapkan belajar menggunakan videocall kepada siswa saya,” sambung Nisa.
“Kesulitannya sih lantaran masih beradaptasi menerapkan metode belajar seperti ini, terutama orang tua murid. Namanya juga adaptasi,” pungkasnya.