REDAKSI8.COM – Angka Penurunan stunting bagi Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo masih cukup tinggi. Perlu adanya peningkatan fokus perhatian dari pemerintah baik desa/ Kelurahan, Kecamatan Kabupaten/ Kota hingga di setiap provinsi.
“Kita fokus dulu menurunkan angka stunting di 10 provinsi yang prevalensi stuntingnya cukup tinggi,” ucapnya dalam chanel Youtube Sekretariat Presiden saat rapat di Istana Merdeka, Jakarta pada Rabu (5/8).
Adapun 10 provinsi yang di maksud Presiden Joko Widodo diantaranya Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Aceh, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo dan Sulawesi Tengah.
“Saya minta para gubernur, bupati, walikota hingga kepala desa agar fokus menurunkan angka stunting, terutama di 10 provinsi yang tadi saya paparkan,” cetus Jokowi.
Jokowi mengungkapkan, angka pelavensi stunting sejak tahun 2013 sebesar 37 persen, lalu turun menjadi 27,6 persen pada tahun 2019. Menurutnya, angka grafik tersebut bagus namun belum cukup.
Oleh karena itulah, ia meminta nantinpada tahun 2024 angka penurunan stunting sudah berada di 14 persen.
“Kita harus menurunkannya lebih cepat lagi,” tutur presiden Jokowi.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, Rusmadi mengaku, pihaknya sudah melakukan beragam upaya sosialisasi untuk menurunkan angka stunting di Kota Banjarbaru.
Khusunya perlakuan terhadap masa kehamilan dari hari pertama kepada ibu hamil hingga fase kelahiran.
“Berdasarkan by name by address, data penurunan stunting memang tidaklah signifikan. Tahun 2019 angka stunting di kisaran 17,9 persen. Lalu di tahun ini pada bulan Februari itu pada grafik 17,8 persen,” paparnya kepada pewarta saat di temui di ruangannya, Kamis (6/8).
“Kita memiliki 2 upaya dalam penanganan stunting ini, pertama sensitif kedua spesifik. Nah, ranah kami Dinas Kesehatan pada bagian spesifik sebesar 30 persen dalam keberhasilan penanganan stunting,” terangnya.
Ia menambahkan, adapun bentuk penanganan spesipik dimulai dari asupan gizi, nutrisi dan vitamin kepada ibu hamil. Penanganan itu ditekankan pada 1000 hari pertama kehidupan, terhitung sejak hari pertama kehamilan sang ibu sampai balita berumur 2 tahun.
“Jadi ibu hamil itu harus diberikan gizi dan nutriai yang standar. Minimal penambahan berat badan sang ibu tersebut adalah 10 kilogram hingga melahirkan. Jika panjang tubuh bayi dibawah 48 cm kemungkinan itu akan mengalami stunting,” lebih jauh ia menerangkan.
“Namun hal itu bisa dilakukan interfensi seperti Asi ekslusif, Inisiasi menyusui dini dan imunisasi untuk peningkatan gizi dan nutrisi si bayi. Minimal sampai balita tersebut berumur 2 tahun tidak boleh lengah, harus intens memperhatikan 3 hal itu,” sambung Rusmadi.
Kemudian Ia menukas, faktor lain yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan calon balita ialah 70 persen dari lingkungan tempat tinggal si orang tuanya. Baik itu MCK di ruang keluarganya, sandang pangannya dan sosial ekonomi.
“Alhamdulillah kita di Banjarbaru sudah punya KP2S (Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting <- red) dari gabungan beberapa sektor. Di Kota Banjarbaru penurunan stunting merata. Tidak ada kelurahan atau kecamatan khusus yang memiliki perbedaan signifikan terkait angka stunting, semua sama,” pungkasnya.