REDAKSI8.COM – “Ini adalah bentuk keprihatinan. Kami merasa tidak berdaya mas. Sudah banyak dokter se-zaman kami yang meninggal menghadapi musibah corona ini, kami sedih. Itulah awal mula kami berinisiatif membuat gerakan sosial ini,” ungkap Dr. Gusti Rifansyah dengan haru saat wawancara terkait wabah pandemi, Selasa pagi (31/3).
Dalam upaya melawan Corona Virus Disaese 2019 (Covid-19), Dr. Gusti Rifansyah, Spesialis Jantung, yang juga berperan sebagai pioner rumah produksi Alat Pelindung Diri (APD) di Kota Banjarbaru, bersama istrinya membuat APD sendiri dari bahan Spunbond 70 gsm.
Pengerjaan sendiri tidak hanya terpusat di kediamannya yang berlokasi di Jalan Bhayangkara, Kelurahan Sungai Besar, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kota Banjar Baru, tapi juga sebagian besar dikerjakan di Ruang Tata Busana SMK Negeri 3 Banjarbaru, SMK Negeri 1 Siswi Banjarbaru dan di Panti Asuhan Budi Mulya Kota Banjarbaru.
Sementara, pembuatan APD di rumahnya dilakukam beberapa keluarga bersama para Ojol (Ojek Online). Baik pemotongan bahan baku hingga proses penjahitan.
“Kami berpikir apa yang bisa kami bikin untuk membantu para dokter atau perawat yang berhadapan langsung menangani pasien. Kebetulan istri saya ada kebiasan menjahit,” katanya.
Melalui dukungan Walikota Banjarbaru Nadjmi Adhani dan Wakil Walikota Banjarbaru Darmawan Jaya Setiawan beserta jajaran pemko dan stekholder lainnya, Ia merasa sangat berterima kasih atas apa yang diberikan kepada pihaknya, untuk membantu jalannya produksi APD yang sudah berjalan sejak 3 hari yang lalu.
“Yang kita hadapi saat ini bukan hanya soal penyakit, tapi juga soal perut. Banyak warung, ojek dan usaha lainnya sepi,” beber Pria yang akrab disapa Ifan.
“Bagaimana caranya agar wabah ini bisa ditangani, ekonomi masyarakat kita juga bisa terbantu,” lanjutnya.
Lantaran hal itulah bagi Ifan, pihaknya berkomitmen berada di garda belakang untuk mendukung pembuatan produksi APD.
Pada hari pertama lebih jauh kepada Redaksi8.com, pihaknya mencoba dengan Purchase Order (PO) APD sebanyak 600 pcs. Dikirimkan langsung ke pusat pusat medis dan kesehatan. Akan tetapi, barang APD habis seketika saking banyaknya permintaan.
“Kalau seperti ini kami pikir kami tidak akan bisa berjalan sendiri,” cetusnya.
Dengan kasus itulah, ia berinisiatif membangun jaringan ke sekolah-sekolah yang memiliki kompetensi pendidikan di bidang tata busana. Seperti SMKN 1 dan SMKN 3 Banjarbaru hingga Panti Asuhan Budi Mulya.
“Alhamdulillah mereka semua memberikan sambutan positif,” tuturnya.
Bahan Baku sendiri lanjutnya, diperoleh dari salah satu patner kerja sosial ini di toko tekstil yang bertempat di Kota Banjarbaru. Walaupun dalam sepekan terakhir, harga dan stok yang didatangkan mulai sulit diperoleh.
“Kami berharap pemerintah Kota Banjarbaru dan stekholder dapat membantu ketersediaan barang ini,” harap Ifan.
“APD ini bukan untuk kami jual tapi kami infaqan. Makanya jika disebut harga, kesannya seperti jualan. Kami tidak ingin seperti itu,” tambanya.
Hasil infaq terus Ifan, akan di alokasikan untuk pembelian bahan baku, konsumsi dan tali asih kepada para ojol, siswi serta anak-anak panti asuhan.
“1 pcs APD ditempat kita nilainya Rp.50 ribu,” ucapnya.
“Kami juga memberikan tutorial bagaimana menjahit dan membuat APD sendiri. Tujuannya, agar daerah-daerah lain juga termotivasi mengolah sendiri tanpa mengharapkan yang lain,” akhiri Ifan.
Sementara itu Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Kota Banjarbaru, Parijono mengungkapkan, rasa terima kasih atas kepercayaan yang dilimpahkan ke sekolahnya untuk ikut berjibaku dalam upaya melawan covid-19.
Tak luput pula baginya, rasa terima kasih atas dukungan pemerintah Kota Banjarbaru.
“Saya sangat senang pa wakil walikota datang ketempat kita memberikan dukungan langsung kepada murid-murid kami,” katanya.
Secara teknis paparnya, Sepanjang 3 meter spunbond mampu menghasilkan 1 APD lengkap berserta kancingnya. Jumlah siswi yang saat ini yang terlibat pembuatan APD ada sebanyak 7 orang.
“Rencananya mau kami tambah lagi siswinya. Kemungkinan akan menggunakan sistem shift atau bergantian antara kelas 11 dan kelas 12,” paparnya.
“Mudah-mudahan siswi kami yang bekerja terus diberikan kesehatan dalam mengemban tugas mulia ini,” sambung Parijono kepada pewarta ini.
Selanjutnya siswi kelas 11 SMKN 3 Banjarbaru, Olivia Edila Putri mengaku, senang bisa ikut langsung sebagai bagian dari proyek sosial ini. Dimana, satu siswi, di targetkan membuat 5 APD dalam sehari. membuat 1 APD lanjut Olivia, dapat memakan waktu kurang lebih 2 jam.
“Ini satu APD sudah mau selesai. Kemarin baru proses pemotongan bahan bakunya, jadi hari ini tinggal proses penjahitan,” Tandas Olivia.