REDAKSI8.COM, MARTAPURA – Perukunan keluarga Syeikh Datu Abdurrahman Shiddiq bin Datu Muhammad Afif, melaksanakan Haul ke 87 ulama yang dikenal masyarakat Indonesia dengan sebutan Datu Sapat Indragiri Syeikh Abdurrahman Shiddiq, di Komplek Nusa Indah, Kelurahan Sekumpul, Kota Martapura Kabupaten Banjar, Rabu (21/2/2024) malam.
Ratusan warga setempat hingga luar wilayah Sekumpul menghadiri acara tersebut. Acara haul bermula dari pembacaan Maulid Simtudduror Karangan Habib Ali Al Habsyi.
Dilanjutkan dengan pembacaan manaqib Alimul Fadil Syeikh Datu Abdurrahman Shiddiq Datu Sapat. Kemudian diakhiri pembacaan nasyid bersama-sama jamaah.
Menurut ketua perukunan keluarga Syeikh Datu Abdurrahman Shiddiq, Dr. Ali Azhar, selain seorang yang alim dibidang ilmu agama, Alimul Fadil Datu Sapat juga merupakan seorang professor di bidang perkebunan kelapa.
Gelar professor yang ditujukan ke shohibul haul ujar Dr Ali, diberikan oleh kerajaan Hindia-Belanda pada masanya.
“Satu dari sejarahnya bahwa perkebunan kelapa yang beliau mulai di kabupaten Indragiri dan Bangka Belitung adalah sistem kelola tata air. Sampai hari ini sistem kelola tata air itu menjadikan sebuah keniscayaan setiap masyarakat yang berkebun,” ungkapnya kepada Redaksi8.com pasca acara haul.
Dampak dari sistem perkebunana kelapa yang diprakarsai oleh Datu Sapat itu lanjut Dr Ali, menghasilkan buah kelapa yang cukup luar biasa.
Baik itu kualitas hasil perkebunan kelapanya maupun sistem perdagangannya.
Dari situ dia mengartikan, tidak hanya kewibawaan dan ilmu agama saja yang dapat ditauladani oleh masyarakat, tetapi juga sistem penataan sektor perkebunan dan perekonomian yang dibawa Datu Sapat.
“Ini salah satu bentuk figur yang sampai hari ini dikenang oleh masyarakat,”ucap Dr. Ali
Tidak sampai disana, Syeikh Datu Abdurrahman Shiddiq pun lebih jauh kepada Redaksi8.com, merupakan mufti kerajaan Indragiri selama 27 tahun.
Selama itu pula, Datu Sapat tidak sekalipun memanfaatkan kekayaan kerajaan.
Semua fasilitas yang disuguhkan kepada para tamu dari negara luar yang datang ke Indragiri menggunakan harta dan penghasilannya sendiri.
“Semua fasilitas yang beliau (Datu Sapat<-red) suguhkan untuk tamu-tamu dari berbagai negara adalah hasil dari pada buah tangan beliau sendiri, untuk memberikan fatwa, konsumsi dan lainnya,” beber Dr Ali.
Ulama kondang tanah air yang dijuluki ustad Sejuta Subscriber, Ustad Abdul Somad pun, acap kali menyebut nama Datu Abdurrahman Shiddiq, setiap kedatangannya ke tanah Kalimantan Selatan.
Selain karena ada hubungan keilmuan agama antara tanah Sumatra Riau dan Kalsel berkat Syeikh Abdurrahman Shiddiq, Ustad Abdul Somad juga merupakan ulama yang lahir di tanah Sumatera Utara.
Diketahui, Syeikh Datu Abdurrahman Shiddiq memiliki kitab karangan sebanyak 22 buah yang begitu terkenal.
Bahkan sampai sekarang, karangan-karangannya telah dibaca oleh masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di Provinsi Riau Indragiri dan Kalimantan Selatan.
Dikutip dari artikel tulisan Isabella Rosalini, dikalangan masyarakat Banjar (Kalsel<-red) dan Sapat-Indraigiri Riau atau Bangka Belitung (Sumatera<-red), nama Syekh Abdurrahman Siddiq al-Banjari sangat dikenal, sebab beliau merupakan salah seorang ulama besar Kalimantan.
Abdurrahman Siddiq dikenal sebagai seorang ulama yang wara’, sufi yang tawadhu, mufti yang tegas, da’i yang gigih, pendidik yang giat, penulis yang produktif, penerjemah, dan juga penyair kondang yang syair-syair religiousnya mampu memukau orang-orang di zamannya.
Melalui syair-syair itu, Syeikh Abdurrahman Siddiq berdakwah dan berusaha meluruskan aliran kalam dan tasawuf yang menyimpang.
Lahir pada 1857 di Kampung Dalam Pagar, Martapura, Kalimantan Selatan, Abdurrahman Siddiq dikenali sebagai seorang ulama besar yang memainkan peranan penting dan menjadi generasi penerus jaringan penghubung antara Banjarmasin dan negeri-negeri Melayu lainnya, terutama Kepulauan Sumatera Riau dan Bangka dan Semenanjung Malaysia.
Aktivitas dakwahnya tidak hanya di kampung halaman (Martapura – Banjar), akan tetapi juga sampai ke berbagai daerah di Nusantara.
Sampai pada suatu masa, Dia pun menetap dan berkubur di Kampung Parit Hidayat Sapat Idraigiri Riau.
Daerah yang semula kosong berubah menjadi basis dakwah, pusat penyebaran Islam, dan pengkaderan generasi dakwah setelah dibangun pondok pesantren.
Aktivitas Syeikh Abdurrahman Siddiq dalam berdakwah telah menunjukkan pengabdian luar biasa dan berimplikasi luas tehadap penyebaran Islam di Indonesia khususnya.