REDAKSI8.COM – Bagi umat Islam, Isra dan Mi’raj Nabi besar Muhammad SAW adalah peristiwa agung yang selalu dikenang dan diperingati di berbagai belahan dunia dari sejak 14 abad silam hingga sekarang.
Peristiwa ini juga mengandung makna betapa maha kuasanya Allah atas hamba Nya dimana Allah Menjalankan Rasulnya. Dari perjalan tersebut mengandung hikmah untuk kita dalam merefleksikan diri sebagai makhluk dan Allah sebagai Khaliq.
“Isra adalah perjalanan Rasulullah SAW pada suatu malam dari Masjidil Haram Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina,” ungkap Hindera Wahyudin yang merupakan anggota DPRD Kota Banjarbaru
Adapun Mi’raj jelas Hindera merupakan kisah perjalanan Nabi dari Masjidil Aqsha Palestina naik ke langit ketujuh dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha (akhir penggapaian) untuk menerima perintah Allah SWT menjalankan shalat lima waktu dalam sehari semalam.
Tentu menjadi sesuatu yang menakjubkan atas kuasa Allah SWT dengan menjalankan Rasulnya yang disebut Isra dan Mi’raj hanya dilakukan dalam waktu semalam yaitu pada malam 27 Rajab.
Dengan kejadian Isra wal Mi’raj maka Allah memerintahkan umat Islam yang merupakan umat Nabi Besar Muhammad SAW melakukan ibadah sholat dalam sehari semalam 5 kali.
“Di dalam ibadah shalat, kita diajarkan memperkokoh persatuan dan menghindari perpecahan. Umat Islam hendaknya menjadikan shalat sebagai ibadah yang membentuk kepribadian utama dan keadaban suatu bangsa. Karena shalat adalah ibadah yang dapat mencegah perbuatan keji, jahat dan mungkar,” tutur politisi dari Partai Gerindra ini
“Shalat juga membentuk manusia untuk senantiasa taat kepada pemimpin (imam) yang diakhiri dengan salam yang mengandung pesan damai, kesejahteraan dan keselamatan kepada seluruh umat,” tabahnya
Tentunya menurut Hindera Wahyudin, Banyak cerita dan kisah yang terkandung di dalam perjalanan Isra dan Mi’raj nabi Muhammad SAW hingga sampai beliau balik ke Mekkah yang dapat kita petik hikmah dan i’tibar didalam kehidupan sosial bermasyarakat.
Rasulullah dalam menceritakan dan mendakwahkan perjalanan beliau semasa Isra Wal Mi’raj tersebut kepada umat direspon beragam. Karena kondisi masyarakat Mekkah pada waktu waktu itu berasal dari berbagai macam agama, suku, qabilah dan strata sosial lainnya.
Sehingga diperlukan sikap kepemimpinan yang penuh kesabaran, kebijaksanaan dan keadilan serta teguh dalam menyelesaikan dakwahnya.
Dalam beberapa riwayat disebutkan, peristiwa Isra dan Mi’raj ini terjadi setahun sebelum beliau hijrah ke Madinah.
Rasulullah selalu memberikan suri tauladan bagi kita dengan sikap moderat beliau. Sehingga ini pula yang hendaknya dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita, apalagi dengan kondisi bangsa Indonesia yang majemuk ini.
“Sikap toleransi dan saling menghargai harus selalu dipupuk di tengah tengah keberagaman umat. Isu keberagamaan dan pemahaman beragama akhir akhir ini menjadi sensitifitas yang mudah sekali tersulut,” tutur ketua PC PMII Martapura tahun 2011 – 2012 ini
Ia berharap, sebagai umat Islam hendaknya kita dapat memahami Islam secara kaffah (komprehensif) sebagai agama rahmatan Lil ‘alamin, Agama yang sejuk dan damai yang senantiasa membawa rahmat bagi sekalian alam serta menghindarkan sikap sikap kekerasan, intoleran dan permusuhan.
“Di tengah tengah kondisi masyarakat kita yang heterogen, pesan moderasi ini harus selalu kita agungkan dan wariskan dari setiap generasi ke generasi. Selamat memperingati dan memetik hikmah peringatan isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW,” tutupnya