REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Selama sepekan terakhir penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Kota Banjarbaru mengalami penurunan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarbaru, di minggu ke-37, tercatat total kasus ISPA diderita oleh 881 orang.
Namun di minggu ke-38, total pasien ISPA turun menjadi 846 orang.
Total keseluruhan terhitung sejak bulan Januari 2023, kasus ISPA di Kota Banjarbaru sudah mencapai 26.175 orang.
Data-data tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Dinkes, Kota Banjarbaru, Dr. Juhai Triyanti Agustina kepada Redaksi8.com, Selasa (25/9/2023).
Ia mengatakan, jika dibandingkan minggu lalu kasus ISPA telah terjadi penurunan.
Meski demikian, dari jumlah tersebut tidak menggambarkan kondisi kasus ISPA yang sebenarnya di Kota Banjarbaru.
“Ini yang tercatat karena mereka berobatnya di Puskesmas, namun diluar sana kemungkinan besar bisa lebih banyak dari jumlah tersebut,” ungkapnya, Selasa (26/9/23).
Menurutnya, tidak semua pengidap ISPA di Banjarbaru berobat ke Puskesmas. Sebab di Banjarbaru ada banyak klinik, praktik dokter mandiri, bahkan ada yang berobat sendiri menggunakan obat yang dibeli warung.
Tingginya kasus ISPA ini memang disebabkan oleh pekatnya kabut asap dampak dari Karhutla yang semakin marak.
Dengan itu, Ia mengimbau, kepada masyarakat disiplin menjaga kesehatan selama musim kemarau panjang yang tengah berlangsung.
Diantaranya kurangi kegiatan dan selalu menggunakan masker ketika beraktivitas diluar rumah. Jangan lupa secara rutin minum air putih serta makan makanan yang bergizi.
“Kalau bisa juga pakai kacamata, karena kabut asap tidak hanya mengganggu jaringan pernapasan saja, tapi juga bisa membuat iritasi pada mata,” ujarnya.
Selain itu, jika masyarakat ingin menggunakan cara herbal dipersilahkan, contohnya jeruk nipis pakai kecap asin atau mengkonsumsi madu juga boleh.
“Tapi kalau berlanjut lebih 2 hari, harus segera periksakan ke Puskesmas terdekat,” imbaunya.
Tidak hanya ISPA, infeksi saluran pencernaan pun harus diwaspadai, sebab zat polutan dari asap Karhutla dan debu selama musim kemarau ini pasti akan menempel di bahan makanan.
“Seperti buah dan sayuran yang kita konsumsi, jadi harus dicuci sebelum dikonsumsi,” ucapnya.
Oleh karena itu, untuk meminimalisir dampak kabut asap, Juhai menyarankan, warga maupun relawan yang berkecimpung dan terdampak dari kabut asap bisa membasahi maskernya dengan air atau diolesi dengan freshcare.
“Dibasahi sedikit saja, supaya udara yang terhirup bisa lebih tersaring, karena air di masker itu bisa menjadi filter alami, freshcare juga bisa,” sebutnya.
Sementara itu, seorang warga Cempaka, Kota Banjarbaru, Suma mengatakan, di wilayah Cempaka sudah mulai terdampak kabut, terlebih lagi, pada pagi hari kabut asap terlihat semakin menebal.
“Kalau pagi asapnya tebal, jadi kalau ingin keluar rumah harus pakai masker, kondisi seperti ini yang rawan akan penyakit ISPA,” pungkasnya.
Sekedar informasi, berdasarkan data Kementerian KLHK di aplikasi sipongi, per Selasa (26/9/23) sore, luas lahan yang terbakar di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan sudah mencapai 1.940.32 hektare.
Total luas lahan tersebut, membuat Kota Banjarbaru menduduki posisi ketiga, dibawah Kabupaten Tanah Laut dengan luas lahan yang terbakar 9.578.79 hektare, dan Kabupaten Banjar 8.346.35 hektare.