REDAKSI8.COM – Perayaan Satu Abad Nahdaltul Ulama tentunya juga menjadi salah satu momen yang sangat berkesan di Kabupaten Banjar. Selain perayaan yang terbilang sukses, juga ada momen penyerahan tongkat kepada Rais Syuriah dan Ketua Tanfidziah Nahdlatul Ulama.
Penyerahan tongkat hadiah eks kayu ulin dari pondok pesantren Darussalam Martapura yang diserahkan oleh cucu dari KH. Abdul Qadir Hasan Guru Sodik dan disaksikan oleh buyut beliau Ahmad Jayadi, Sabtu (11/2/2023) malam saat penutupan perayaan Satu Abad Nahdlatul Ulama di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Alun Alun Ratu Zalecha Martapura.
Nahdlatul Ulama telah berjalan satu abad, ibarat roda yang berputar, dia kembali ke titik nol, kembali ke titik semula dia berasal. Nahdlatul Ulama masuk ke Kalimantan tahun 1927 yang dibawa oleh KH. Abdul Qodir Hasan setelah mengikuti Muktamar Nahdlatul Ulama pertama tanggal 21 Oktober 1926 di Surabaya.
Guru Tuha panggilan akrab KH. Abdul Qodir Hasan termasuk murid yang paling disayangi oleh KH. Hasyim Asy’ari dan dipercaya untuk mendirikan cabang Nahdlatul Ulama pertama di luar Pulau Jawa yakni di Kota Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.
Guru Tuha dikenal sebagai sesepuh di Pondok Pesantren Darussalam. Sebelumnya beliau adalah orang yang menjadi tangan kanan KH. Muhammad Kasyful Anwar saat menjabat sebagai pimpinan Pondok Pesantren Darussalam tahun 1922 sampai dengan 1940 dan kemudian menggantikan sebagai pimpinan setelah KH. Muhammad Kasyful Anwar wafat dari tahun 1940 sampai dengan 1959.
Seperti yang diungkapkan oleh cucu KH Abdul Qodir Hasan yaitu Guru Shodiq bahwa kami mewakili Pondok Pesantren Darussalam Martapura menganugerahkan tongkat ini yang berasal dari kayu ulin bekas bangunan ulin lama pondok pesantren Darussalam yang telah berusia 1 abad.
Kayu tongkat ini adalah saksi berdirinya Nahdlatul Ulama di Martapura, saksi para ulama berkumpul, bersatu dan berjuang di bawah naungan Nahdlatul Ulama yang berpusat di Pondok Pesantren Darussalam, dan kedepan nanti insyaallah akan menjadi saksi gerakan Nahdlatul Ulama Banjar di masa masa mendatang.
“Tongkat ini kami serahkan kepada pengurus Nahdlatul Ulama sebagai simbol harapan dan amanah dari kami agar Nahdlatul Ulama kembali kepada khittah semula dia didirikan, yaitu organisasi yang berasal dari pesantren, organisasi para ulama, para tuan guru dan kaum santri, organisasi yang membentengi aqidah Islam ahlussunnah wal jamaah dan memikirkan kemaslahatan umat,” tuturnya.
“Kakek atau datuk kami KH. Abdul Qadir Hasan mendirikan Nahdlatul Ulama dilandasi niat tulus dan menjunjung perintah guru atau kyainya yakni KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Kasyful Anwar, maka kami harap pengurus NU sekarang dan yang akan datang juga harus tulus dan menjunjung perintah guru/kyai/ulama, jangan berbuat kecuali memiliki dasar arahan dari para kyai/ulama,” tambah Guru Shodiq
Satu lagi harapan yang disampaikan oleh Guru Shodiq bahwa Kakek atau datuk kami dulu mempersatukan ulama Banjar di bawah naungan Nahdlatul Ulama, maka kami harap Nahdlatul Ulama saat ini juga berusaha mempersatukan ulama dan para tuan guru di tanah Banjar ini agar Nahdlatul Ulama kembali bangkit dan berjaya di abad kedua yg akan datang.
“Kami tahu ini tugas berat tapi insya allah dengan ikhlas berusaha, dengan niat tulus, dan berkat karomah Nahdlatul Ulama.segala tugas dan cita-cita akan tercapai… aamiin allahumma aamiin,” tutupnya.