REDAKSI8.COM – Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Fathan, dalam rapat kunjungan kerja spesifik Komisi XI DPR RI ke Kudus, Jawa Tengah, (20/2/20) mengusulkan cukai kantong plastik.
Bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, pemerintah di setiap daerah sudah berupaya membatasi penggunaan kantong plastik layaknya di toko-toko ritel, Lantaran ada kaitannya dengan isu lingkungan, Fathan menginginkan pendapat dari sektor cukai meningkat.
Dikutip dari dpr.go.id, laporan pendapatan dari sektor bea cukai melampaui target yakni sebesar 106,5 persen. Fathan menambahkan, harus tetap ada improvisasi agar capaian yang ditargetkan ke depannya menjadi lebih besar lagi.
Adapun besaran cukai yang diusulkan senilai Rp 30.000 per kilogram, sementara untuk per lembarnya setelah dikenakan cukai sebesar Rp 450.
Beralih ke Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan, pedagang pelastik di Pasar Bauntung, Suyut Sayuti tidak menyetujui kebijakan itu. Lantaran menurutnya, kalau per lembar dihargai cukai 450 rupiah maka hal itu merupakan suatu kerugian.
“Kalau seperti itu perusahaan plastiknya pun nanti akan gulung tikar, begitupun kami,” ucap sayuti saat di datangi di kiosnya, Senin (23/2).
Ia bersama sang istri menjual plastik dari harga 200 rupiah hingga ribuan rupiah saja. Dengan hanya meraup untung sebesar 20% dari selembar pelastik, baginya semua keuntungan akan habis di bayar ke cukai.
Jika cukai penjualan plastik perkilogramnya dihargai 30 ribu rupiah lebih jauh, maka Sayuti dan istri berniat tidak akan jualan plastik lagi.
Untuk pelastik ukuran sekitar 30 x 20 centimenter saja, Sayuti membelinya dengan harga 16 ribu rupiah. Kemudian dijual lagi dengan harga 20 ribu rupiah.
“Saya sudah 30 tahun jualan plastik. Baru kali ini dikenakan cukai, saya tidak sepakat,” keluhnya.
Selanjutnya Fitriyati, warga Kota Banjarbaru tidak mempersoalkan kebijakan yang di ambil oleh Wakil Ketua Komisi XI DPR RI itu. Karena, keseharian Fitriyati mencari bahan sembako untuk keperluan sehari-hari kerap ditemani sebakul purun. Selain bisa dipakai ulang, purun juga sangatlah kuat.
“Kebetulan hari ini saya terburu-buru ke Pasar, jadi lupa bawa purun, makanya hari ini saya bawa plastik,” bebernya.
“Purun itu kan talinya besar, tangan saya gak sakit saat memegangnya. Dibanding pelastik, sampahnya juga bikin penuh rumah, malas meliharanya,” tambahnya.