REDAKSI8.COM – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar Muhammad Rofiqi datangi pasar wadai Ramadhan yang berada di jalan Kenanga samping Ruang Terbuka Hijau (RTH) Ratu Zalecha Martapura, Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, Sabtu (9/4/2022) sore.
Kedatangan orang nomor satu di DPRD Kabupaten Banjar tersebut untuk melihat langsung kondisi pedagang di pasar wadai Ramadhan dan sekaligus untuk mendengarkan keluhan para pedagang pasar wadai dan pedagang yang berada di sekitar pasar wadai Ramadhan Martapura.
Sepinya pasar wadai Ramadhan tersebut dan bahkan ada pedagang yang tutup terlebih dahulu dan pindah ke cabang tempat berdagangnya lain, selain itu juga ada beberapa stand yang tak buka dengan alasan tak banyak dikunjungi pengunjung.
Tak hanya itu saja, tampak masih banyak pedagang yang barang dagangannya masih banyak karena sepinya pembeli.
Saat berada di pasar wadai Ramadhan, Rofiqi mengatakan ia datang ke Pasar Wadai Ramadhan ini setelah mendapatkan informasi dari masyarakat mengenai sepinya pasar tersebut.
“Kalau menurut saya ini menyedihkan, hampir jam 6 sore tapi sedikit sekali pengunjung. Penutupan jalan untuk Pasar Wadai Ramadhan ini salah konsep dan keliru,” ungkapnya
Ia menjelaskan, bagaimana orang mau masuk kalau jalan ditutup? Konsep kali ini menurut saya keliru, dimana-mana pasar itu mencari arus pembeli yang banyak. Nah sekarang jalan ditutup, orang mau parkir dimana?.
Hal seperti ini kata Rofiqi harus menjadi perhatian pemerintah karena membuat pedagang dan pelaku UMKM yang ikut Pasar Wadai Ramadhan ini mengeluh.
“Saya harap pasar ini tak hanya dipoles untuk kepentingan penguasa saja, tapi juga harus memikirkan kepentingan pedagang. Ini menjadi tugas kita semua, sebelum hari ke 7 sudah harus ada evaluasi. Agar pada akhir Ramadhan nanti, pasar bermanfaat bagi masyarakat,” harapnya.
Sementara itu salah satu pedagang, Nurul mengungkapkan memang kondisi pasar wadai jauh menurun dibandingkan saat pembukaannya.
“Menurun dari hari pertama, bahkan ada yang sehari 12 orang saja yang membeli, hilang seperti disapu angin,” katanya.
Selain itu konsep pasar wadai ini menurutnya juga kurang greget jika dibandingkan pasar wadai yang lain, karena cuma ramai di awal saja.
Terlebih di pasar wadai ini berkeliaran pihak kepolisian katanya yang cenderung membuat pengunjung takut, khususnya dengan isu razia vaksin.
Walaupun pertama kali mengikuti pasar wadai kali ini, Nurul mengaku tak bisa bertahan lebih lama kalau pendapatan berkurang.
“Kalau mau bertahan, mungkin harus diubah konsep pasarnya. Kalau rugi terus kami bisa berhenti, paling lama bisa bertahan setengah bulan. Walau ada aturan jika libur 2 hari akan didiskualifikasi, tapi kalau keadaan seperti ini ya sudahlah,” tutupnya.