REDAKSI8.COM – Generasi muda bangsa Indonesia seakan tidak pernah kehabisan ide untuk terus berinovasi dan menciptakan suatu karya yang mengagumkan.
Berbagai macam hasil pemikirannya sudah banyak yang menjadi manfaat bagi orang lain. Dari inovasi dan penemuan di bidang ilmu teknologi hingga pemanfaatan daur ulang sampah menjadi energi terbarukan.
Nah, membahas mengenai sampah, kebanyakan orang menganggap sampah itu sebagai sesuatu yang sudah tidak berguna lagi dan tidak bernilai ekonomis.
Namun jangan salah, ternyata di tangan para orang kreatif, sampah bisa didaur ulang menjadi sesuatu yang mungkin tidak diduga oleh banyak orang sebelumnya. Seperti yang dilakukan oleh para mahasiswi Jurusan Kimia FMIPA ULM bersama siswa SMK PGRI Banjarbaru ini.
Mereka mengolah limbah plastik yang notabene merupakan salah satu jenis limbah / sampah yang sulit untuk dibaurkan (mengurai), menjadi bahan bakar (energi terbarukan).
Bahan dasar untuk pengolahan energi terbarukan itu pun beragam, dari sampah / limbah plastik (kantong plastik, botol plastik) sampai kain perca dan bahan lainnya.
Salah seorang mahasiswi FMIPA ULM, Nurul Qamariah menyampaikan, ia bersama dengan dosen pembimbingnya, Tanto Budi Susilo mendapatkan ide untuk mengolah limbah plastik menjadi bahan bakar, berawal dari keprihatinan mereka melihat sampah yang berserakan di beberapa sudut Kota Banjarbaru, khususnya Sungai Kemuning di Kampung Pelangi.
”Setelah diambil sekaligus membersihkan sungai, sampah-sampah yang terbuat dari bahan plastik kemudian dibersihkan dari tanah dan sampah organik yang ada di dalamnya. Kampung Pelangi saat ini ‘kan merupakan salah satu destinasi wisata. Sangat disayangkan jika banyak sampah (yang berserakan), untuk mengurangi sampah yang ada di Banjarbaru juga,” terang Nurul.
Sementara itu, Dosen Pembimbing penemuan bahan bakar dari limbah plastik, Tanto Budi Susilo menyebutkan, bahan bakar yang bisa dihasilkan dari alat tersebut adalah bensin dan solar. Sedangkan untuk sisanya berupa aspal.
Untuk proses pengolahan sampah / limbah plastik menjadi bahan bakar, sampah-sampah tersebut dicampur dengan oli bekas kemudian dimasukkan ke dalam reaktor pengubah sampah.
Setelah itu, dipanaskan hingga suhu lebih dari 300 derajat celcius. Bahan bakar yang dihasilkan selanjutnya disalurkan melalui belalai gajah (tabung penghantar) oleh alat reaktor berbahan baja tebal tersebut.
Berikutnya, penyaluran bahan bakar dibagi menjadi bensin dan solar. Khusus bahan yang lebih ringan akan masuk ke saluran selang bensin, sedangkan bahan yang lebih berat masuk ke selang solar dan sisanya adalah aspal.
”Karena massa bensin itu lebih ringan daripada solar, jadi lebih tinggi naiknya dan untuk memisahkannya lebih mudah,” ujar Tanto.
Karena masih bercampur dengan air, Tanto menambahkan, bahan bakar yang keluar masih belum murni. Oleh karena itu, bahan yang telah keluar kemudian dipisahkan melalui proses pengendapan dimana antara air dan bahan bakar (minyak) akan terpisah nantinya.
Dalam proses pengolahan satu ton sampah plastik, bisa menghasilkan 3/4 bahan bakar, sedangkan seperempatnya (1/4) berupa aspal.
”Perlu waktu hingga dua jam lebih pengerjaan untuk membuatnya menjadi bahan bakar. Secara otomatis akan dipisahkan antara bensin dan solar nantinya,” terangnya.
Penggunaan bahan bakar ini sudah memasuki tahap ujicoba pada mesin sepeda motor dan juga mesin genset. Tanto mengaku selama ini bahan bakar yang dihasilkan berupa bensin tersebut bekerja dengan baik. Hanya saja untuk solar, jika dimasukkan ke dalam tangki mesin genset, asap yang keluar dari hasil pembakarannya masih mengebul.
Saat ini mesin yang dioperasikan hanya berkapasitas 20 kg. Untuk mesin yang lebih besar berkapasitas 1 ton, masih dalam tahap prototype atau pengembangan.
”Sehingga agar nantinya mesin ini bisa menjadi mesin portabel, yang artinya bisa bergerak menuju ke tempat-tempat sampah. Hal ini bertujuan untuk menghemat waktu pengambilan dan pengolahan sampah tersebut,” beber Tanto.
Kita do’akan saja dan terus berikan dukungan, semoga inovasi berupa energi terbarukan ini ke depannya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas, sebagai salah satu alternatif bahan bakar yang murah dan dapat diolah kembali. (dm)