Syech Muhammad Arsyad Al Banjari atau yang kerap di sebut Datu Kalampayan, seorang Mufti Besar, Ulama Besar juga seorang Insinyur yang menguasai ilmu falakiyah.
Hal tersebut dinyatakan oleh Adhi Surya Said, ST, MT seorang Dosen Prodi Teknik Sipil Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari.
Menurutnya, salah satu peninggalan Datu Kalampayan yang berupa karya teknis adalah sodetan saluran dari Sungai Martapura yang dinamai sungai tuan dengan panjang kurang lebih 8 km.
Sodetan tersebut ungkap Ketua LP3KTK (Lembaga Peneliti Pengembangan Pengabdian Keilmuan Teknik Kalimantan) ini di mulai dari hulu Sungai Martapura pertemuan Riam Kiwa dan Riam Kanan sampai ke dalam pagar (sungai martapura hilir).
“Beliau paham betul kapan harus menyudet atau membuat saluran. Dengan melihat terjadinya air pasang dan surut pengaruh bulan penuh dalam ilmu falak. Beliau menarik garis lurus dengan ilatung (sejenis tongkat rotan) dari matahari terbit sampai matahari terbenam (dari Timur ke Barat), ” terang pria yang kerap disapa Surya ini.
Kalau dalam ilmu teknik sipil lanjut Surya, Syech Muhammad Arsyad Al Banjari, melakukan pengukuran dan melihat kapan pasang air yang maksimal, baru dilakukan tabukan atau membuat garis. Mengikuti arah matahari terbit ke tenggelam.
Sehingga jadilah Sungai Tuan yang mengaliri dua kampung tuan dan kampung sungai menjadi kampung Sungai Tuan.
“Tuan disini adalah Tuan Haji Besar Maulana Syech Muhammad Arsyad Al Banjari. Mayoritas yang tinggal di Sungai Tuan adalah zuriat dari Tuan Palung, salah satu istri Tuan Haji Besar Syech Muhammad Arsyad Al Banjari,” papar Surya.
Fungsi Teknis Sungai Tuan terang Surya, dibuat untuk mengalirkan air untuk persawahan, perkebunan dan pertanian yang saat ini dikenal dengan sistem irigasi.
“Karena peradaban Banjar terkenal dengan budaya sungainya, tentu pada saat itu alat transportasi satu satunya adalah perahu atau jukung. Jukung yg dikenal dahulu terbuat dari kayu ulin yaitu jukung sudur,” terang Surya.
Fungsi teknis lainnya dari sodetan yang diprakarsai Datu Kalampayan yang sangat luar biasa di zaman tersebut adalah, sistem pengendali banjir.
“Mulai sejak 200 tahun masehi yang lalu. Martapura lama sering banjir. Dan beliau melihat bahwa Sungai Martapura tidak ada tempat penyaluran keluar. Langsung aliran air dari hulu ke hilir. Dengan adanya sodetan saluran sungai tuan maka aliran sungai martapura bisa dipecah. Sebagian bisa masuk ke irigasi sungai tuan. Dalam ilmu teknik sipil mengurangi debit alirannya dengan membuat saluran baru. Sehingga air yg tadi nya 100 persen bisa dikurangi menjadi 60-50 persen,” kagum Surya.