REDAKSI8.COM, SAMARINDA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim) melaksanakan Parade Gender Kalimantan Timur 2024, di Ruang Ruhui Rahayu, Kantor Gubernur Kalimantan Timur, Selasa (7/5).
Giat tersebut sekaligus rangkaian peringatan hari Kartini ke-145 bertajuk Peluang dan tantangan perempuan Kaltim dalam Transisi Lingkungan dan Transformasi Ekonomi.
Melalui acara itu, pemprov ingin menjadikannya sebagai sarana memajukan perempuan di Kaltim, untuk berkreativitas dalam menciptakan lapangan kerja.
Sejak tahun 2022, telah ada 35 perempuan yang telah bergabung dengan inisiatif tersebut.
Diantaranya 10 orang pada tahun 2022, 10 orang lagi pada tahun 2023, dan 15 orang baru pada tahun 2024.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kaltim, Sri Wahyuni mengatakan, setiap profil dari 35 tokoh perempuan akan segera di tulis dalam bentuk buku.
Tujuannya, untuk memberikan pengakuan atas dedikasi mereka sebagai pejuang di berbagai sektor dan di lingkungan masing-masing.
Dia menegaskan, pembahasan gender merupakan isu basis dalam pembangunan yang menyasar kepada semua pihak. Tidak hanya laki-lagi saja, tetapi termasuk perempuan.
“Dalam pembangunan, hanya akan berhasil kalau menyasar kepada semua pihak. Jadi ketika kita melaksanakan pembangunan tidak boleh ada yang tertinggal,” tegas Sri kepada Redaksi8.com
Selain itu, Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kaltim turut berperan aktif dalam mendampingi para pengusaha perempuan.
Program itu dirancang untuk membantu mereka naik kelas menjadi UMKM yang lebih maju.
“Untuk pendampingan kan mereka punya unit usaha. Jadi pemprov akan mendampingi untuk sertifikasi halal, pembinaan manajemen usaha, hingga bantuan peralatan,” imbuhnya.
Pendanaan dan sumber daya katanya, akan dialokasikan untuk mendukung perubahan tersebut.
Dengan harapan, kesetaraan gender akan terus didorong di semua ruang dan kesempatan.
Itu semua merupakan komitmen Pemprov Kaltim, kesetaraan gender menjadi langkah penting untuk memastikan bahwa pembangunan di Kaltim bersifat inklusif.
“Inklusif tidak hanya menjadi wacana. Namun, dapat menjadi kenyataan yang dirasakan oleh semua pihak, terutama perempuan dan anak-anak di daerah ini,” tandasnya.