REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Kebanyakan orang menganggap limbah kayu ulin atau bonggol ulin sebagai barang yang tidak berharga.
Namun, bagi pengusaha limbah kayu Ulin PT. Anakayu Bangun Nusantara Irfani Adi Siswanto, limbah kayu mampu disulap menjadi beragam produk menarik dan bernilai jual tinggi, bahkan memiliki daya saing.
Diantaranya dapat diolah jadi bahan kerajinan Kichen Ware, Sovenir, Fashion dan miniatur.
“Jadi sovenir, kichen ware (peralatan masak) yang terbuat dari bahan baku kayu ulin limbahnya,” ucapnya.
“Arahnya ke fashion juga seperti kalung, jam tangan, miniatur seperti kapal, dam truk dan lain sebagainya,” sambungnya.
Irfan menerangkan, kayu ulin memiliki keistimewaan tersendiri. Sebab, semakin terkena air maka semakin keras dan semakin hitam kayunya.
Berbeda dengan kayu pada umumnya, jika terkena air cendung jadi lebih lapuh atau japuk.
Serta, kayu ulin juga memiliki nilai sejarah budaya Kalimantan Selatan.
“Sejak lama nilai history ulin itu sudah ada, dan sejarahnya sangat panjang,” menurutnya.
Diketahui, pohon kayu ulin merupakan tumbuhan khas Kalimantan yang hanya tumbuh di Kalimantan, maupun di Sabah dan Serawak Malaysia yang masih satu pulau.
Kekokohan kayu ulin yang terkenal dengan sebutan Iron Wood di mancanegara semakin bernilai jual tinggi.
Lantaran kelangkaan dan statusnya sebagai tumbuhan yang terancam punah.
Karena pertumbuhan pohon kayu ulin sangat lambat, dari umur nol sampai 100 tahun, pohon kayu ulin baru bisa tumbuh dengan diameter 50 cm, dan baru bisa ditebang untuk dimanfaatkan kayunya.
“Kita menghargai usia tumbuh kayu ulin, karena usia 100 tahun baru dapat lebar 50 cm,” jelasnya.

Lebih jauh kepada Redaksi8.com, produk yang dimilikinya yakni Uleen, sangat sering dan aktif mengikuti pameran baik itu lokal, nasional hingga internasional.
“Yang terakhir kita mengikuti pameran di Korea Selatan, dari sana kita mulai mengekspor ke Korea, Jepang, Singapur, dan Inggris,” terangnya.
Hingga saat ini produk Uleen memiliki 4 galery, yakni di Jakarta Selatan, Mes L, Qmall Banjarbaru, dan Rumah BUMN BNI Banjarbaru.
Kemudian, untuk online ada di media sosial seperti instagram dan tiktok.
“Alhamdulillah kayu ulin sudah memiliki empat 4 galery,” ungkapnya.
Penghasilan yang didapat dari ekspor produk kayu ulin kurang lebih sebesar 150 juta perbulan.
“Harga dibanrol dari 20 ribu hingga 2,5 juta,” tuntasnya.
Rencana kedepannya, irfan akan membuat sebuah karya seni dalam bentuk ukiran timbul dengan menggunakan teknologi komputer atau laser.
Karena Ia berpendapat, pasar produk Uleen memang lebih diminanti di luar negeri ketimbang pasar lokal.
Dimana penjualan eskpor Uleen berkontribusi 70 persen dan sisanya 30 persen untuk pasar domestik.
Sementara itu, seorang pembeli produk Uleen berupa gelas, Nabila mengatakan, produk limbah dari kayu ulin ini sangatlah unik bentuknya.
Bahkan, saat digunakan untuk minum ada aroma khas dari kayunya, sehingga Ia sering menggunakan gelas tersebut untuk minum teh, karena membuat aroma lebih wangi.
“Produk kayu uleen ini unik, karena diolah dari limbah kayu ulin,” pungkasnya.
Penulis Irma
