Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia telah merilis hasil Survey MLCI (Most Livable City Index) Tahun 2017. Survey MLCI dilakukan oleh IAP pada 26 kota di 19 Provinsi di Indonesia.
Beberapa aspek yang menjadi penilaian dalam survey ini antara lain berkaitan dengan aspek perumahan, aspek keamanan kota, aspek fasilitas ekonomi, fasilitas taman kota, transportasi, dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil survey MLCI tersebut menunjukkan rata-rata Indeks Kelayakhunian Kota-kota di Indonesia berada pada angka 62, angka tersebut menurun sebesar lebih kurang 1 poin dari hasil survey MLCI Tahun 2014.
Dimana pada MLCI Tahun 2014 menunjukkan rata-rata Indeks Kelayak Hunian Kota-kota di Indonesia berada pada angka 63. Angka tersebut mengindikasikan bahwa masih ada warga kota yang masih kurang nyaman tinggal di kota.
Fenomena lain yang dapat dilihat dari hasil survey MLCI ini adalah warga kota yang tinggal di kota-kota dengan karakteristik tradisional merasa lebih nyaman tinggal di kotanya, seperti Kota Banjarmasin, Kota Solo, Kota Denpasar, dan Kota Semarang.
Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota yang berada dalam kelompok kota yang memiliki Indeks Kelayak Hunian berada diatas rata-rata nasional, dimana hasil Survey MLCI Tahun 2017 berada pada angka 65 (rata-rata nasional=62).
Indeks kelayakhunian Kota Banjarmasin selalu mengalami peningkatan dari kurun Tahun 2009 pada angka 52, tahun 2011 pada angka 53, tahun 2014 pada angka 61 dan mengalami peningkatan signifikan di tahun 2017 pada angka 65 serta menjadi salah satu kota yang berada diatas rata-rata indeks kelayakhunian nasional (top tier city).
Saat di konfirmasi, Ketua IAP Kalsel, M. Riza Dauly, menyatakan, Pemerintah Kota Banjarmasin menjadi salah satu kota di Indonesia yang memiliki Indeks Kelayak Hunian diatas rata-rata nasional.
“Hal ini tidak terlepas dari effort Pemerintah Kota Banjarmasin yang didukung oleh kepemimpinan kepala daerahnya untuk memberikan pelayanan kepada warganya,” ucap pria yang murah senyum ini.
Riza mengatakan hasil Survey MLCI, perlu dijadikan refleksi bagi Pemerintah Kota Banjarmasin dalam upaya meningkatkan kelayak hunian kotanya dengan mengarus utamakannya kedalam rencana pembangunan daerah. Secara konkritnya adalah, hasil survey MLCI dijadikan salah satu referensi dalam menentukan program prioritas dalam RPJMD maupun RKPD Pemerintah Kota Banjarmasin.
Riza menambahkan, aspek livablity merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat yang diharapkan dapat memicu produktivitas. Aspek livability juga memiliki keselarasan dengan Visi Walikota Banjarmasin yang menginginkan Kota Banjarmasin yang BAIMAN (Bertakwa, Aman, Indah, Maju, Amanah, dan Nyaman).
Menurutnya, kedepan Pemerintah Kota Banjarmasin juga harus memiliki terobosan berupa program untuk memperbaiki aspek-aspek yang dianggap kurang nyaman oleh warganya , sebagai upaya menjadikan Kota Banjarmasin sebagai kota layak huni.
Diutarakan pula oleh Riza, kolaborasi dalam perwujudan kota yang layak huni adalah sebuah keniscayaan, pemerintah memberikan pelayanan sesuai dengan kewenangannya dan masyarakat harus turut berpartisipasi dalam pembangunan di wilayahnya, serta sudah barang tentu peran Kepala Daerah sebagai enabler dan panglima dalam perwujudan kota layak bagi warganya.