REDAKSI8.COM – Pjs Bunda PAUD Kota Banjarbaru, Vonny Rompas Bernhard E Rondonuwu, membuka kegiatan Webinar Parenting melalui Google Meet, dalam rangka sosialisasi dan edukasi orangtua terhadap pencegahan stunting, di Rumah Dinas Wali Kota Banjarbaru, Selasa (3/11).
Baginya. kegiatan Webinar itu Parenting kerja sama dari Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru dengan HIMPAUDI Kota Banjarbaru yang mengangkat tema Peningkatan Gizi Bagi Ibu dan Balita untuk Pencegahan Stunting.
Ketua HIMPAUDI Kota Banjarbaru, Yulia Mawarni, menyampaikan ucapan terimakasih kepda Bunda PAUD dan Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru serta juga jajaran pengurus HIMPAUDI sehingga kegiatan Webinar Parenting pada hari ini dapat terlaksana.
Pjs Bunda PAUD Kota Banjarbaru, Vonny Rompas Bernhard E Rondonuwu saat webinar parenting menyampaikan bahwa sampai saat ini, Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), salah satunya stunting.
“Stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang bisa dialami oleh anak-anak yang mendapatkan gizi buruk, terkena infeksi berulang, dan stimulasi psikososialnya tidak memadai,” terangnya.
Perkembangan selanjutnya, seorang anak atau balita yang kurang gizi tentunya akan mengalami hambatan kognitif dan kegagalan pendidikan sehingga berdampak pada rendahnya produktivitas di masa dewasa.
Melihat situasi tersebut ungkapnya, kita sebagai orang tua tentunya penting untuk dapat mendeteksi gejala-gejala stunting pada balita sedari dini hingga pencegahannya.
Cara mendeteksi anak terkena stunting lebih jauh, salah satunya dengan pemantauan berat badan terutama hingga usianya 2 tahun.
Penurunan berat badan terus menerus merupakan salah satu risiko terjadinya stunting.
‘Selain itu gejala paling mudah dikenali adalah tinggi badan anak kurang dari 85 cm pada usia dua tahun. Deteksi anak mengalami stunting atau tidak juga dilihat dari pertumbuhan yang dipantau secara berkala, biasanya sebulan sekali saat imunisasi,” terangnya.
“Selain mengukur tinggi badan, anak harus dipantau terus melalui berat badan dan lingkar kepala,” sambungnya.
Bila anak di masa awal kehidupannya mengalami penurunan berat badan serta gejala tersebut, Ia menyerankan segeralah berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan penyebabnya.
“Bisa jadi, ada masalah dalam jumlah asupan nutrisinya dan hal lainnya. Stunting sebenarnya dapat dicegah hanya saja dalam 1000 hari pertama atau sebelum anak berusia 2 tahun,” Ia memaparkan.
Untuk itu Ia mencetuskan, asupan gizi yang terbaik harus diberikan pada anak sejak masih dalam kandungan. Kecukupan gizi sebelum dan selama kehamilan sangatlah diperlukan.
“Kejadian stunting tidak hanya bersifat antar generasi, tetapi bersifat transgenerasi (dari nenek ke cucunya), sehingga diperkirakan dampaknya mempunyai kurun waktu 100 tahun,” katanya.
Melalui kegiatan ini Ia berharap dapat meningkatkan kesadaran kita bersama sebagai orang tua mengenai betapa pentingnya perbaikan gizi pada balita, kecukupan gizi sebelum dan selama kehamilan, kemudian bagaimana mendeteksi secara dini terhadap bayi atau ibu hamil yang kekurangan gizi, pentingnya memberikan Air Susu Ibu (ASI) ekslusif, memberikan makanan pendamping asi sesuai kecukupan gizi anak, dan memberikan imunisasi secara lengkap kepada anak, serta bagaimana cara memberikan treatment terhadap stunting dengan segera dan tepat agar kita dapat meminimalisir resiko yang dihadapi.
“Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada dinas pendidikan Kota Banjarbaru serta Himpaudi Kota Banjarbaru atas terselenggaranya kegiatan pada hari ini,” tukasnya.
Masa depan suatu bangsa Ia mengaku, tergantung pada keberhasilan dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan sumber daya manusianya dengan optimal.
“Untuk itu anak-anak kita sebagai penerus bangsa diharapkan dapat tumbuh sehat dan mampu mencapai kemampuan optimalnya untuk kemajuan bangsa Indonesia. Pemberantasan stunting merupakan tugas bagi kita semua. Mari kita bersama-sama terlibat secara langsung dalam penanganan stunting untuk mempersiapkan generasi penerus yang lebih unggul,” pungkasnya.