REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Disela-sela kesibukan dan jadwal rutinitasnya yang padat sebagai Walikota Banjarbaru, Nadjmi Adhani tidak begitu saja melupakan warga masyarakatnya. Kepedulian dan perhatian kepada warga masyarakatnya, tidak terkecuali kepada para santri-santri, juga diberikan saat dirinya mengunjungi Pondok Pesantren Al Falah Puteri, Kamis (18/1/2018).
Setelah meresmikan Sentral Oleh-oleh Bagandeng Khas Banua Kalimantan Selatan di Guntung Payung, Nadjmi Adhani menyempatkan diri untuk langsung mengunjungi pondok pesantren yang beralamat di Jalan A. Yani Km.23 Landasan Ulin Tengah, Kota Banjarbaru ini.
Kunjungan Nadjmi Adhani selaku Walikota Banjarbaru ke Pondok Pesantren Al Falah Puteri ini, dalam rangka meninjau kegiatan pemberian imunisasi guna pencegahan penyakit difteri untuk para santri-santri yang ada di Pondok Pesantren Al Falah Putera dan Puteri.
Disambut oleh jajaran pengurus Pondok Pesantren Al Falah Puteri, Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru dan para petugas medis, Nadjmi Adhani begitu hangat menyapa dan menyalami satu persatu orang yang menyambutnya.
Setelah menyampaikan permohonan maafnya atas keterlambatan menuju ke pondok pesantren serta berbincang-bincang dengan pengurus dan warga Pondok Pesantren Al Falah Puteri serta dengan para petugas medis, Walikota yang dikenal ramah oleh masyarakatnya ini, dengan ramah melayani permintaan foto bersama.
Kunjungan Walikota Banjarbaru, Nadjmi Adhani ke Pondok Pesantren Al Falah Puteri ini tidak berlangsung lama. Pasalnya, ia harus melaksanakan tugas dan rutinitas lainnya sebagai walikota di tempat lain.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, Agus Widjaja kepada jurnalis Redaksi 8 mengatakan, sebanyak 114 orang petugas medis yang masing-masing dibagi menjadi beberapa tim (1 tim, 4 orang) dari Puskesmas serta bantuan dari Rumah Sakit Idaman Banjarbaru, diturunkan dalam giat imunisasi ini.
”Kurang lebih 3800’an santri yang diberikan imunisasi. Setelah di Pondok Pesantren Al Falah Putera dan Puteri ini, Dinas Kesehatan Banjarbaru bersama petugas medis yang telah disiapkan, akan mengunjungi sekolah-sekolah yang ada di Kecamatan Lianganggang. Seperti hari ini (18/1/2018) di Pondok Pesantren Al Falah Putera dan Puteri merupakan putaran yang pertama. Untuk putaran kedua, 30 hari ke depan, kami akan kembali lagi. Dan terakhir untuk putaran ketiga, 6 bulan selanjutnya,” ujar Agus.
Penyakit Difteri ini bisa dikategorikan sebagai penyakit KLB (Kejadian Luar Biasa). Pasalnya, meskipun hanya terjadi di satu kasus, penyakit ini mudah menular. Namun Agus menyampaikan, masyarakat tidak perlu gelisah dengan status KLB-nya.
”Difteri ini cara penularan atau infeksinya melalui cairan. Gejala awalnya ada lapisan putih di bagian tenggorakan kiri dan kanan, sakit tenggorokan, susah menelan makanan / minuman, ada juga disertai dengan demam. Segera bawa ke Puskesmas, penyakit apapun kalau demam di hari kedua itu belum turun, bawa ke dokter,” tegasnya.
Untuk memastikan secara positif gejala tersebut merupakan penyakit difteri, penderita akan diambil sampel lendirnya di tenggorokan. Sampel tersebut kemudian dikirimkan ke Surabaya, untuk dilakukan pengecekan dan pemeriksaan lebih lanjut dan memakan waktu 7 – 10 hari.
”Kami tidak harus menunggu hasilnya positif atau tidak, tetapi kami sudah memperlakukannya (menyikapinya) seperti kasus KLB,” pungkasnya.
Agus Widjaja menghimbau kepada seluruh masyarakat, agar jenis atau gejala awal penyakit apapun segera dibawa ke dokter / Puskesmas terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
”Kalau semakin larut dan berlanjut, maka semakin parah bahkan kritis, pengobatannya juga bisa lebih lama dan lebih tinggi biaya pengobatannya, karena obat yang diberi lebih mahal lagi. Dan yang selanjutnya bisa beresiko kematian,” lugasnya.
Penyakit Difteri ini bisa menular melalui udara, seperti saat batuk atau bersin. Maka Agus sangat menyarankan agar kepada para orangtua yang memiliki anak kecil, segera diimunisasi sesuai dengan jadwal dan usianya. Imunisasi ini murni untuk pencegahan penyakit.
”Kewajiban orangtua untuk memberikan anaknya hak untuk diimunisasi. Imunisasi difteri ini, misalkan anaknya baru saja diimunisasi lengkap, tapi asalkan usia dari 1 sampai 19 tahun diimunisasi lagi, tidak apa-apa dan tidak berbahaya. Hanya saja kalau anaknya sedang sakit demam, belum boleh diimunisasi, namun jika sudah sembuh boleh diimunisasi,” terang pria ramah ini. (dema)