REDAKSI8.COM – Satu dari sekian banyak pengamat hukum di Kalimantan Selatan, Supiansyah Darham memberikan tanggapan terhadap statment yang dilontatkan Edy Muliyadi yang tengah marak di Sosial Media.
Baginya statment tersebut dapat memberikan dampak disintegrasi terhadap instansi atau lembaga yang menaungi Edi Muliyadi. Ditambah dapat merusak kerukunan bangsa Indonesia.
Ia juga mengklasifikasikan, kalimat-kalimat yang dilontarkan Edy di sosial media adalah suatu ujaran kebencian. Dimana hal itu tentu saja dapat menimbulkan ketersinggungan terhadap warga Kalimantan.
“Kita berharap Mabespolri menindak lanjuti ujaran kembencian itu. Tolong panggil orang yang bersangkutan, karena kalimat tersebut menghina kami sebagai warga Kalimantan,” ujarnya melalui sambungan telepon, Minggu (23/1) malam.
“Jangan sampai aktivis-aktivis di Kalimantan beramai-ramai ke Polda untuk melaporkan pernyataan beliau ini,” lanjut Supiansyah Darham.
Selain itu, advokat senior itu pun menganjurkan Edy Mulyadi meminta maaf secara terbuka kepada warga Kalimantan sebagai bentuk itikad baik atas perbuatannya yang bisa menimbulkan perpecahan.
“Minta maaf kepada warga Kalimantan,” ketusnya.
Setelah pernyataannya yang diduga menghina Menteri Pertahanan Republik Indonesia dengan penyebutan “Macan Tapi Mengeong”, Sosok Edy Mulyadi kembali berulah dengan menghina warga Kalimantan.
Edy Mulyadi yang dilansir dari beberapa sumber merupakan wartawan senior di Forum News Network dan diketahui disebut-sebut merupakan kader dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), lantaran sempat mencalonkan diri sebagai Calon Legislatif (Caleg) namun gagal.
Dirinya memang sudah dikenal sebagai sosok yang kontra terhadap pemerintah, sebagaimana diketahui dalam video-video yang beredar di Youtube, dan santer kritik terbarunya mengenai proyek pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur.
Kritik-kritik yang dilontarkan seorang Edy Mulyadi berkaitan dengan proyek IKN terbaru menyebutkan Kalimantan sebagai tempat jin buang anak dan yang mau tinggal di kalimantan hanya monyet, dinilai warga Kalimantan sebagai bentuk penghinaan dan ramai mendapatkan reaksi dari seluruh kalangan masyarakat Kalimantan.
“Bisa memahami gak, ini ada sebuah tempat elit, punya sendiri yang harganya mahal dan punya sendiri (Jakarta), lalu dijual pindah ke tempat jin buang anak(Kalimantan),” tutur Edy Mulyadi saat mengemukakan pendapatnya tentang pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Kalimantan, pada akun Youtubenya.
Salah satu tokoh Kalimantan yang turut memberikan reaksi melalui sosial media ialah Mardani H. Maming yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).