REDAKSI8.COM, BANJARBARU – Sejumlah rumah warga Rukun Tetangga (RT) 06 dan 07 di Rukun Warga (RW) 2, Kelurahan Liang Anggang Banjarbaru tepatnya di belakang yayasan Pesantren Al-Falah Putra, acap kali mengalami masalah Banjir setiap hujan lebat.
Warga setempat memastikan, hal tersebut terjadi akibat pembangunan pondasi baru milik yayasan Al-Falah Putra yang telah menutup saluran resapan air.
Warga yang rumahnya terdampak banjir, Arba Atin membeberkan, sebelum adanya bangunan itu, mereka belum pernah mengalami banjir seperti yang dirasakan sekarang.
Namun hari ini, jika turun hujan lebat sekitar 13 rumah disana sontak dimasuki air, meski hanya hitungan jam.
“Dulu banjir tapi biasa aja, sekarang kalo 2 jam saja hujan, sudah banjir. Tinggi banjirnya seperut orang dewasa,” ujarnya kepada wartawan Redaksi8.com, Sabtu (20/1/24).
Arba mengaku, mereka sekarang lebih sering menghadapi kondisi banjir. Ditambah air sumur disana ikut tercemar.
Jika turun hujan kampungnya kebanjiran, jika panas sumurnya akan berwarna kekuningan dan menimbulkan bau tak sedap.
“Sumur kami rusak semuanya, ada yang berbau dan berwarna kuning, akibat limbah dari saluran air,” ungkapnya.
Warga di RT nya ucap Arba, sudah beberapa kali bertemu dengan pihak yayasan, akan tetapi sampai saat ini belum ada solusi atas masalah tersebut.
“Sudah 3 kali menghadap yayasan tapi belum ada kesepakatan, tidak solusinya. Sedangkan yayasan masih dalam tahap pembangunan, kemungkinan kedepan semua rumah disini akan terdampak,” prediksinya.
Dari situ Ia berharap, pihak yayasan Pesantren Al-Falah Putra memberikan solusi terbaik untuk masyarakat.
“Kami minta solusi terbaik, entah itu pembebasan lahan atau apa. Karena ada dampak ini kami tidak tenang lagi tinggal disini,” imbuhnya.
Semisal adanya solusi pembebasan lahan, Ia meminta harga yang ditawarkan pihak yayasan kepada warga disana mesti sesuai dengan nilai asetnya.
“Supaya kami bisa bikin rumah lagi, kesepakatan dan kepastian dari pihak yayasan itu yang kami tunggu. Ini pribahasanya seperti ‘tatak batang’ (keputusan yang tidak bisa diganggu gugat walau dengan bujukan<-red),” tegasnya.
Ditambahkan warga setempat lainnya, Taibah, menurut hitungannya yayasan Al-Falah hanya akan mengganti nilai aset setiap rumah yang terdampak sebesar Rp60 juta rupiah saja.
Sementara rumah warga disana hampir keseluruhan terbuat dari bangunan beton. Baginya tidak sepadan dengan nilai pembebasan lahan yang ditawarkan.
“Belum ada kesepakatan sama sekali. Kata pihak yayasan seandainya ada duitnya, 10 buah rumah dihargai Rp600 juta, berarti satu buah rumah cuman Rp60 juta aja,” Ia mengungkapkan.
Ketika proyek pondasi itu dibangun, pihak yayasan Pesantren Al-Falah Putra cetusnya, tidak pernah berkoordinasi apalagi meminta izin kepada warga di tempatnya.
“Pihak yayasan tidak ada izin dengan kami membangun (pondasi yang dimaksud<–red), dengan RT juga tidak ada. Seandainya dari awal bilang dibebaskan lahan sebelum membangun, kami mau saja. Kan lebih dahulu kami tinggal disini,” jelasnya.
Diketahui warga Gang Hidayah sudah 25 tahun bermukim disana. Selama itu pula tidak pernah banjir seperti yang dirasakan Taibah dan masyarakatnya.
Meskipun terjadi genangan air hanya sebentar saja, tidak akan lama.
“Kalau banjir seperti sekarang setengah hari baru kering airnya. Biasanya banjir 2 jam sudah turun,” ungkapnya.
“Seandainya bilang ke kami (membangun pondasi<-red) sudah pasti tidak kami izinkan. Soalnya kami tahu dampaknya pasti terkena kami, karena kami duluan yang tinggal disini,” sambungnya menerangkan.
Sementara itu dari pengakuan warga RT 07 Hamdani, di tahun 2021 pernah ada kejadian banjir se-Kalimantan Selatan, menurutnya hal itu wajar saja karena peristiwanya dirasakan satu provinsi. Banjirnya pun kala itu tidak separah sekarang.
Ia berpendapat, karena penyempitan-penyempitan saluran air itulah yang menimbulkan genangan air hingga sampai ke tingkatan banjir.
“Banjirnya kemarin itu sekitar 1 meter tingginya air di rumah yang paling bawah,” ucapnya.
Dari zaman nenek moyangnya dan yang lahir di daerah sana, diakuinya tidak pernah merasakan banjir.
“Dari dulu nenek dan datuk saya lahir disini tidak pernah sebanjir ini. Mereka yang lain lahir disini tidak pernah menemukan banjir seperti ini. Pokoknya bila hujan banjir disini besar,” akhirnya.
Dikonfirmasi ke Ketua pengurus yayasan Pesantren Al-Falah Putra, Muhammad Muslih Yusran, membenarkan telah beberapa kali bertemu dengan warga disana.
Bahkan instansi terkait pun dihadirkan sebagai mediasi permasalahan tersebut.
“Kita memang sudah beberapa kali bicara dengan warga, ke beberapa pihak instansi terkait juga sudah kita bicarakan,” ucapnya kepada Redakasi8.com, Senin (22/1/24).
Muslih menyampaikan, sebagai wujud simpati dari Al-Falah Putra kepada warga, mereka siap membantu pemasangan gorong-gorong di pondasi ataupun aliran air yang akan melewati lahannya.
Bahkan, sebelumnya hal tersebut sudah pernah disampaikannya kepada Camat setempat.
“Siap banget kalau mau bikin gorong-gorong. Melewati tanah Al-Falah pun tidak ada masalah, karena kewajiban kita untuk membantu, tidak ada masalah,” cetusnya.
Terkait adanya gagasan pembebasan lahan rumah warga yang terdampak, Muslih ingin mengukur kemampuan finansial yayasan terlebih dahulu.
Sebab, Pesantren Al-Falah Putra merupakan yayasan sosial dan keagamaan, bukan profit oriented.
“Ya tentunya yang menjadi atensi-atensi pembina sebenarnya tidak ada untuk membeli bangunan atau rumah itu lagi, karena kita mau fokus untuk pembangunan. Bangunan kita sudah pada tua, kemarin sempat kebakaran jadi itu mau direnovasi sebagian, juga relokasi santri dari bangunan-bangunan yang sudah tua ini,” jelasnya.
Kemudian, terkait sumur warga yang rusak atau berbau, Muslih belum mengetahuinya.
“Yang pasti kita disini melakukan pembangunan ataupun yang lainnya sesuai dengan peraturan yang ada,” tambahnya.
Soal tingginya tembok yang dibangun bagi Muslih tidaklah seperti itu. Tembok tersebut dibangun hanya semata-mata untuk keamanan saja.
“Kebetulan ini lokasi untuk pesantren, ada yang diasramakan disini, ya tentunya kita mau sefety juga. Anak-anak jangan sampai bisa keluar, seperti loncat pagar atau semacamnya, itu masalah tekhnis saja agar lebih sefety (aman<-red),” pungkasnya.