REDAKSI8.COM – Memasuki kuartal III tahun 2020 aktifitas Ekspor Ikan Kerapu hidup kembali bergulir. Dalam siaran pers Kementerian Kelautan dan Perikanan, di pekan pertama bulan September tercatat 15 ton kerapu asal kepulauan Anambas di kirim ke Hong Kong, Cina, melalui jalur angkutan laut dengan nilai ekspor mencapai Rp. 954 juta.
Dari bulan Januari hingga bulan September 2020, ekspor kerapu hidup asal Anambas mencapai 78,80 ton dengan nilai ekonomi mencapai Rp. 5,28.
Menurut Direktur Jendral Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto akan terus mendorong aktifitas ekspor produk perikanan budidaya termasuk Ikan Kerapu.
Ia menegaskan, pihaknya terus berupaya menjaga neraca perdagangan produk perikanan budidaya utamanya memasuki kuartal III 2020.
“Saya Kira ini konsen kita, bagaimana sumber daya perikanan budidaya bisa kita manfaatkan secara optimal dan berkelanjutan,” tuturnya dalam siaran pers tersebut.
Lantas, bagaimana di Kalimantan Selatan (Kalsel) ? Plt Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi, Fadhli memaparkan, di Kalsel sendiri ada beberapa jenis kerapu yang di budidayakan, diantaranya kerapu karang, kerapu bebek, kerapu balong, kerapu lumpur dan kerapu sunu.
Jenis kerapu yang banyak ditangkap oleh nelayan wilayah Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru Ia membeberkan ialah kerapu lumpur dan sunu. Akan tetapi sambungnya jumlah hasil tangkapannya tidak sebanyak di daerah lain.
“Karena disini (Kalsel) yang banyak kita peroleh dari hasil tangkapan ialah Ikan tongkol dan peda. Sedangkan yang dibudidaya masyarakat kita adalah kerapu bebek dan kerapu macan,” ungkapnya kepada Redaksi8.com saat ditemui di ruanganya, Jumat (18/9).
“Sementara ini kerapu sunu dan lumpur yang di peroleh dari hasil tangkapan di alam di tampung oleh masyarakat setelah itu baru di lempar ke pasar,” tambahnya.
Fadhli menjelasakan, budidaya dan hasil tangkap Ikan kerapu hingga saat ini hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam daerah Kalsel saja, belum bisa melakukan ekspor ke luar daerah.
“Sesuai dengan Permendagri 90 tahun 2019 pemerintah Provinsi berkewenangan mengembangkan aktifitas budidaya Ikan di laut melalui keramba jaring apung seperti lobster, kerapu dan bawal bintang. Kita pemerintah berencana akan fokus kesana. Sedangkan daerah payau kewenangannya adalah pemerintah kabupaten,” ucapnya.
Sementara itu Kepala Satuan Kerja Perum Perikanan Indonesia Kalimantan Selatan, Trisna Utama menghitung, hanya 3 jenis Ikan kerapu yang pernah dilakukan ekspor oleh pihaknya melalui via batam, antara lain Kerapu Sunu, Kerapu Lumpur dan Kerapu Macan.
Secara kuantitas hasil tangkapan Ikan kerapu di Kalsel baginya tidak sebesar di wilayah laut yang memiliki perairan jernih dengan salinitas bagus seperti WPPRI daerah 517-512. Sedangkan di wilayah tangkap Kalsel yang mempunyai kualitas perairan bagus hanya di zona WPP 713 tepatnya di wilayah Selat Makassar.
“Hasil tangkapan nelayan di Kalsel masih tergolong sedikit karena mayoritas oprasi penangkapan nelayan kita masih di wilayah WPP 712 daerah Laut Jawa, sementara disana kualitas airnya tergolong pekat dengan sedimentasi karena pengaruh air Sungai Barito,” ungkap Trisna.
“Kami pun tidak mengecilkan hasil tangkapan nelayan kita, tetap kami beli. Dengan harga yang sangat fluktuatif berdasarkan ukurannya,” Ia menyambung.
Kebanyakan Trisna menerangkan Ikan Kerapu Sunu dan Kerapu macan lah yang kerap diserap oleh pihaknya. Dari permintaan, konsumen meminta kualitas Ikan kerapu yang dikirim masih dalam Keadaan fresh hidup dan fresh yang disegarkan, tidak dalam Keadaan beku.
“Tidak dibekukan disini diartikan lebih banyak esnya, jadi kualitasnya tetap terjaga hingga tiba di nagara peminta,” jelasnya.
“Kita kemarin Alhamdulillah kerja sama kontrak dengan 3 Nagara, Hong Kong, Taiwan dan Jiangshu, Cina. Pengirimannya melalui via Batam dan Jakarta. Singapore juga pernah tapi tidak telalu signifikan. Paling besar tetap ekspornya ke Hong Kong,” Tukas Trisna.
Alasan kenapa Ikan kerapu banyak di ekspor ke Hong Kong selain karena memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, Trisna berujar, kandungan vitamin yang ada dalam Ikan kerapu memiliki manfaat mengurangi resiko penyakit jantung.
“Untuk pengiriman sendiri secara kuantitas paling banyak kita kirim 500 kilogram saja, lantaran wilayah tangkap yang terbatas seperti di zona WPP 713. Jadi saya hanya memperoleh kerapu dari nelayan Pulau Karasian dan Pulau Sembilan,” pungkasnya.
Berdasarkan volume produksi perikanan tangkap di laut di Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru, Kalimantan Selatan pada tahun 2018 untuk jenis Kerapu Karang sebanyak 344 Kilogram Tanah Bumbu dan 591 Kilogram di Kotabaru.
Selanjutnya jenis Kerapu Bebek di Kabupaten Kotabaru sebanyak 873 Kilogram. Sedangkan Kerapu Sunu 421 Kilogram.