REDAKSI8.COM – Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Kota Banjarbaru melalui jurusan Aquaculture, menggelar kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Kelurahan Mentaos Kampung Ikan, Kota Banjarbaru, Jumat (13/11) pagi.
Kegiatan PKM dalam bentuk penyuluhan terkait bagaimana cara pendederan Ikan Papuyu (Anabas Testudineus Bloch) secara optimal kepada para petani ikan setempat itu, diprakarsai oleh 3 dosen jurusan Aquaculture, diantaranya Ahmad Murjani, Untung Bijaksana dan Agussyarif Hanafi.
Menurut Ketua PKM, Ahmad Murjani, selain menerapkan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat, hasil akhir kegiatan tersebut juga bertujuan untuk menjawab permasalahan pembenihan Ikan Papuyu serta mendorong peningkatan roda ekonomi petani ikan setempat yang dirasa belum optimal.
Lantas saja, persoalan yang belum terpecahkan bagi warga Kampung Ikan ujarnya, sampai sekarang masih berkutat pada pembibitan Ikan Papuyu yang cenderung keliru.
“Iya, soalnya selama ini para pembudidaya disini setelah memijahkan ikan papuyu, ribuan benihnya langsung di lepaskan di dalam kolam begitu saja. Padahal di dalam sana ada banyak hama dan kompetitor lain serta dukungan cuaca kurang baik yang membuat kelangsungan hidup para larva rendah,” terangnya kepada pewarta ini.
“nah, ini yang mau kita tingkatkan. Pada penyuluhan hari ini kita bersama dosen Aquaculture lainnya memberikan bimbingan dan wawasan bagaimana cara membenihkan ikan papuyu dengan tingkat keberhasilan 70 sampai 80 persen menggunakan teknologi yaitu pendederan sistem hapa,” sambung Murjani panggilan akrabnya.
Penerapan sistem hapa sendiri Ia memaparkan, pasca pemijahan, ribuan benih ikan papuyu dimasukan ke dalam hapa berukuran 1 x 2 meter. Di dalam sana benih-benih tadi diberikan perlakuan khusus.
Dimana benih yang berumur 0 sampai 2 hari sementara tidak diberi pakan dulu. Kemudian diumur 3 hingga 4 hari telah muncul bukaan mulut sehingga mampu mengonsumsi pakan tertentu, dalam hal ini Ia menyarankan menggunakan kuning telur.
“Dalam 25 ribu benih dari hasil pemijahan 5 induk papuyu cukup 1 butir kuning telur saja,” cetusnya.
Perlakuan tidak hanya sampai disana, dihari-hari berikutnya Ia menambahkan, para benih tadi diberi artemia, lalu daphnia hingga pakan buatan sampai si kecil papayu itu berumur 30 hari.
“Jika sudah 30 hari rata-rata ukuran panjang benih ikan papayu di dalam hapa tadi sudah mencapai 5 cm dengan tingkat kelangsungan hidup antara 70 sampai 80 persen,” Murjani mendiskripsikan.
“Gerakan si benih papuyu pun sudah lumayan gesit untuk ukuran segitu, ditambah kelangsungan hidupnya juga tinggi,” lanjutnya.
Atas kriteria yang dipaparkannya lebih jauh kepada Redaksi8.com barusan, benih telah siap dilepaskan di dalam kolam-kolam pembesaran ikan dimanapun.
“Kami berharap, 25 orang petani ikan yang hadir tadi bisa menerapkan teknologi yang sudah kita paparkan. Semoga tidak ada lagi permasalahan pembenihan ikan papuyu kedepannya,” inginnya.
“Apalagi kalau dikemudian hari kampung ikan di mentaos Banjarbaru bisa menjadi wadah belajar dan penanganan tentang bagaimana cara pembenihan ikan endemik Kalimantan Selatan ini,” lanjutnya.
Sementara itu warga setempat, Misrani, merasa sangat beruntung ikut andil kegiatan hingga mendapatkan pengetahuan yang belum pernah Ia peroleh sebelumnya.
Misrani mengaku, akan mencoba menerapkan pengetahuan yang diperolehnya, walaupun Ia belum memiliki pasar sendiri jika nanti Ikan Papuyu hasil budidayanya berhasil hingga berlimpah ruah.
“Permintaan papuyu sampai sekarang masih banyak. Harganya pun lumayan bagus, dalam sekilo saja bisa sampai 50 ribu di pasaran, itupun dapatnya 10 ekor. Sedangkan kita menjual ke pengepul sekitaran harga 30 ribu,” ungkap Misrani.
“Kebanyakan papuyu di datangkan dari wilayah tangkap di perairan Hulu Sungai. Disini baru ini saja ada upaya mengembangkan ikan papuyu. Bagus Alhamdulillah,” tandasnya.
Dikutip dari Wikipedia, Hapa merupakan kurungan persegi panjang untuk menampung ikan sementara waktu agar mendapat pengawasan lebih saksama dan terlindung dari serangan hama serangga dan dibuat dari kain belacu, kasa plastik atau jala bermata anyaman kecil yang ditenggelamkan dalam air dengan bagian terbuka menghadap ke atas.
Selanjutnya hapa tadi dipasang di bawah atap peneduh, diikatkan pada empat batang bambu yang ditancapkan di dasar kolam dan harus dapat mengapung sedemikian rupa sehingga seperempat bagian muncul di permukaan. Dasar hapa tidak boleh menyentuh dasar kolam.