REDAKSI8.COM – Meskipun membaca buku kini bisa melalui internet, namun membaca buku secara langsung (fisik) di Perpustakaan/taman bacaan di Kota Banjarbaru masih diminati.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Banjarbaru melalui Kasi Promosi Pengembangan Budaya Baca, Siti Noorbaya, Rabu (19/6).
“Dari bulan Januari sampai Mei 2019, jumlah pengunjung yang datang ke beberapa tempat baca yang kami sediakan mencapai 21.893 orang,” terang Siti Noorbaya.
Lebih lanjut ia menerangkan, jumlah pengunjung tersebut terbagi menjadi 2.090 orang di bulan Januari, 4.750 orang di bulan Februari, 8.885 orang di bulan Maret, 4.646 orang di bulan April dan 1.522 orang di bulan Mei.
“Tempat (taman) baca yang kami sediakan diantaranya Perpustakaan Percontohan Kecamatan di Cempaka, Liang Anggang dan Landasan Ulin, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Taman Van der Pijl, serta dua unit mobil perpustakaan keliling yang dioperasionalkan ke sekolah-sekolah atau Taman Kanak-kanak,” sebutnya.
Di samping itu, Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Banjarbaru juga menyediakan Free Wi-Fi bagi masyarakat yang ingin membaca buku secara online di dinas ini melalui smartphone-nya.
“Kalau buku-buku di sini kami masih menggunakan sistem offline, karena kami pernah bermasalah dengan sistem online, diserang hacker. Jadi buku-buku yang telah kami masukkan data-datanya hilang,” bebernya.
Kemudian, saat ditanya mengenai kategori masyarakat yang sering berkunjung dan membaca di perpustakaan di Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Banjarbaru, Siti Noorbaya menyampaikan bahwa kalangan mahasiswa yang paling banyak berkunjung (mendominasi).
“Mereka dari kampus-kampus yang ada di Banjarbaru, seperti ULM, Uniska, Uvaya. Tapi ada juga dari kalangan pelajar sekolah yang datang,” tukasnya.
Sementara, menurut salah seorang mahasiswa yang sering berkunjung ke perpustakaan Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Banjarbaru, Ma’ruf, membaca buku secara langsung (fisik) terasa lebih ‘nikmat’ dibandingkan dengan membaca buku secara online (digital).
“Lebih nikmat, karena aroma buku yang kita baca langsung itu bisa membuat kita rileks, jadi lebih enjoy membacanya,” ungkapnya.
Selain itu, buku fisik bisa dibaca di mana pun dan kapan pun, tanpa tergantung jaringan internet/kuota.
“Meskipun harga buku fisik jauh lebih mahal, tapi di situ lah ‘kenikmatannya’, ada kepuasan jika kita bisa menjadikannya sebagai koleksi di rak buku,” ujar Salim mengakhiri wawancara.
Sekadar diketahui, sepanjang tahun 2018 lalu, jumlah pengunjung yang datang ke tempat baca yang dikelola oleh Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Banjarbaru mencapai 62.932 orang.