REDAKSI8.COM – Tidak ditampik jika dimasa pandemi covid-19 sedikitnya memberi peluang bisnis bagi kalangan tertentu, sebut saja bisnis Ikan Hias. Selama kurang lebih 6 bulan terakhir banyak para pengusaha ulung di bidang tertentu malah berpindah haluan menjadi pembisnis jual beli ikan hias lantaran bisnis semula mereka mengalami kemerosotan omset.
Di Kabupaten Tanah laut contohnya, saking merebaknya pelaku usaha bisnis ikan hias, beberapa diantaranya berinisiatif membentuk komunitas pengusaha ikan hias.
Menurut Ketua Komunitas Ikan Hias Tanah Laut, Muhammad Lutfi, sejak 5 Juli 2020 Ia bersama beberapa kawan pembisnis ikan hias lainnya membentuk komunitas tersebut untuk mengumpulkan para pemuda pembudidaya ikan hias di Kabupaten Tanah Laut.
Tujuannya ungkapnya selain sebagai wadah bekumpul, dengan adanya komunitas itu Lutfi dan pembudidaya lainnya semakin mudah memasarkan dan menarik minat masyarakat di Tanah Laut untuk mengoleksi ikan hias.
“Harga kan masing-masing, semua juga punya pasarnya sendiri. Kami tidak merasa ada persaingan, malah kami justru saling support antar pembudidaya,” Ia mengaku kepada Redaksi8.com, Rabu (9/9).
“Sampai saat ini jumlah anggota kita sudah mencapai 157 orang. Bahkan ada yang dulunya berbisnis budidaya ikan lele malah ikutan sama kami main ikan hias,” sambungnya.
Jenis ikan yang dijual papar Lutfi ada jenis Ikan Cupang, Ikan Lohan, Ikan Arwana, Ikan Gapi hingga Ikan Molly. Harga yang dipasarkan pun berkisar dari Rp. 20 ribu hingga Rp. 1 juta dengan menerapkan sistem penjualan online dan offline.
“Paling cepat laku kalau di pasarkan secara online menggunakan via Instagram, WhatsApp dan Facebook. Pembelinya tidak hanya dari sini saja tapi sampai ke daerah Pulau Jawa,” terangnya.
Sebagian besar lebih jauh kepada Redaksi8.com, para pembeli ikan hias tertarik bukan karena ingin menjual belikan kembali, namun cenderung memuaskan hobi saja. Sebab, selama covid-19 masyarakat di daerahnya yang tinggal di rumah saja ingin melakukan aktifitas tambahan. Disamping minim tempat, letaknya juga bisa di tempatkan dimanapun oleh pemiliknya.
“Alhamdulillah pendapatan kita meningkat berkat pandemi, sebelumnya penghasilan kami selama sebulan hanya satu juta, saat pandemi sudah mencapai Lima jutaan,” beber Lutfi kepada pewarta.
“Tapi Kendala kami sekarang dipengiriman, banyak pembudidaya tapi bukan dari kami mengirim ke luar Kalsel isinya di bilang bahan herbal bukan Ikan, sehingga tidak memerlukan proses pengecekan di balai karantina ikan. Sementara kami harus melewati proses itu alhasil pengiriman lebih lambat dari mereka yang seperti kucing-kucingan itu,” Ia menambahkan.
Keabsahan status komunitas Ikan Hias Tanah Laut Ia menuturkan dinaungi langsung oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Tanah Laut. Sehingga keberadaan Lutfi dan kawan-kawan sebagai pembudidaya Ikan Hias secara hukum legal.
“Walaupun pandemi selesai kami tidak takut kehilangan momentum pasar, karena ikan hias tidak bukan produk monoton, selalu update. Contohnya ikan cupang, warna dan motifnya semakin lama semakin mengalami perkembangan, yang itu adalah salah satu daya tariknya,” akhirnya.
Selanjutnya Penyuluh Perikanan Dinas KPP Tanah Laut, Rassetiyono Budiyono bercerita, awalnya para pembudidaya ikan hias di Tanah Laut terbilang jarang bahkan sampai tidak ada peminatnya, hanya di beberapa daerah seperti Banjarmasin, Banjarbaru dan Kabupaten Banjar saja.
Seiring waktu pangsa pasar dan peminat ikan hias terus berkembang di daerah daerah tersebut kecuali Tanah Laut. Apalagi sejak masa pandemi masuk, ikan hias menjadi primadona sebagai media pengisi waktu luang selama beraktifitas di dalam rumah.
Dengan melakukan analisis untung rugi, Rassetiyono Budiyono berinisiatif mulai merangkul beberapa pembudidaya ikan hias di Tanah Laut. Melakukan diskusi ringan hingga pada akhirnya Ia dan para pembudidaya ikan hias itu berkomitmen membentuk Komunitas Ikan Hias Tanah Laut.
“Mari kita hitung, secara tempat ikan hias tidak banyak makan lahan tidak seperti Budidaya Ikan konsumsi yang memerlukan lahan yang pasti tidak kecil. Lalu pakannya tidak sebanyak ikan konsumsi, costnya otomatis juga minim. Kemudian dibandingkan harga Ikan konsumsi perkilo, satu ekor ikan cupang misalnya sudah melebihi harga sekilo ikan lele dan patin, pasarnya pun jelas. Tidak berlebihan kalau Ini salah satu usaha yang mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat Tanah Laut,” Ia menerangkan.
Kedepannya Ia merencanakan, akan menjaga keutuhan komunitas tersebut dengan meminimalisir terjadinya persaingan tidak sportif antar anggota di dalam tubuh organisasi itu. Karena baginya, polemik dalam suatu organisasi terjadi lantaran timbulnya persaingan yang tidak sportif.
“Kita terus fokus bantu tingkatkan kualitas pasarnya dengan mencari indukan-indukan yang lebih bagus. Karena saat ini persaingan mulai tinggi terutama pada kualitas ikannya secara umum maupun spesifik,” ucap Doyok panggilan akrabnya.
Menurut Kepala Dinas KPP Kabupaten Tanah Laut, Rizayadi, upaya tersebut merupakan bentuk pelestarian dan membantu menumbuhkan kelompok-kelompok pembudidaya ikan hias di Kabupaten Tanah Laut. Sehingga pihaknya akan terus mendukung dan medorong apapun kegiatan para pembudidaya Ikan hias.
“Kami akan bantu fasilitasi kegiatan mereka misalnya mengadakan lomba ikan hias se-Kalsel. Kalau untuk pelatihan peningkatan keterampilan dan pengetahuan para pembudidaya ikan hias, di tahun 2021 nanti kita akan coba menghubungi balai-balai budidaya air tawar di Kalsel supaya mereka juga bisa mendapat fasilitas itu,” Ia menukas.
“Kami juga akan buatkan stand khusus untuk komunitas Ikan Hias nanti di pameran Hari Jadi Kabupaten Tanah Laut pada bulan Desember akan datang untuk membantu memasarkan koleksi ikan hias mereka,” pungkas Rizayadi.