REDAKSI8.COM – Akan ada satu pemandangan yang tidak akan kita jumpai lagi disaat pandemi covid-19 berakhir sama sekali. Iya benar, pedagang masker asongan yang kerap menghiasi sepanjang jalan Ahmad Yani dan Panglima Batur di Kota Banjarbaru.
Mengapa demikian? karena masker sendiri kebanyakan diperlukan sebagai alat pelindung diri untuk mencegah tertularnya virus kasat mata yang selama ini menghantui masyarakat dunia, virus corona.
Sejak masuknya virus itu, masker sendiri menjadi barang premier dalam kehidupan masyarakat di hampir seluruh belahan dunia. Karena penyebaran virus tersebut sangat cepat jika melalui mulut dan area pernafasan atau hidung.
Sementara di berbagai kota yang tersebar di indonesia banyak sudah yang mengklaim telah berstatus zona hijau. Otomatis lambat laun kemungkinan besar hal tersebut akan terjadi di Kota berjuluk Kota Idaman ini. sehingga penjual masker asongan banyak yang akan gulung tikar.
Selain itu, masker juga sering dimanfaatkan penggunanya untuk menghindari polusi dan debu saat berada di luar rumah. Uniknya lagi ada juga yang mengaku masker dipasang untuk menambah kepercayaan diri lantaran warna dan motifnya dibuat semenarik mungkin.
Lantas, seperti apa nanti nasib para penjual masker asongan jika memang kondisi akan membaik sebelum adanya covid-19? ikuti Redaksi8.com menurunkannya.
Salah seorang penjual masker asongan di pinggir Jalan Ahmaf Yani Kilometer 34, Wanto menganggap, usaha jualan masker memang bukanlah usaha yang menjanjikan, melainkan musiman. Tapi baginya, jualan masker dapat menambah pemasukannya dalam melewati hari ke hari selama 9 bulan terakhir.
“Alhamdulillah cukup untuk makan sehari-hari,” tutur Watno ketika diwawancara Redaksi8.com Hari ini, Kamis (17/12).
Watno mengaku, masker kain yang dijual di tempatnya itu bukanlah masker yang dibelinya dari produsen pertama, melainkan dibikin langsung dari tangan istrinya. Dimana sebelumnya Watno dan istri merupakan pelaku usaha kreatif sebagai penjual produk kain jahitan hasil olahan tangan seperti tas, dompet dan pin.
“Kebetulan dari himbauan pemerintah, masker kain jauh lebih aman dan bisa dipakai lagi setelah dicuci, serta lebih hemat. Peluang ini kita ambil sebaik-baiknya, alhamdulillah sampai sekarang cukup buat kita,” katanya.
Tercetusnya ide membuat masker ujar Watno, ketika permintaan masker di masyarakat naik sementara barangnya kian melangka, akhirnya bersama sang istri Ia mencoba membuat masker dengan keuletan keahlian menjahitnya.
“Waktu awal-awal pandemi covid itu kita dalam sehari mampu bikin 3 lusin (36 pcs),” ucapnya.
Ada dua jenis masker yang dijajakan Watno, pertama masker kain biasa dengan motif, kedua masker medis tanpa motif. Keduanya sama-sama bikinan tangan dan terus diproduksi hingga sekarang.
“Cuma orang lebih cenderung beli kain yang pakai motif, dibandingkan masker kain medis,” ungkapnya.
Dibandrol dari harga Rp. 5 ribu sampai Rp. 15 ribu per pcsnya, masing-masing jenis memiliki perbedaan harga, Diantaranya masker berbahan kain spon atau masker medis dihargai 5 ribu rupiah. Lalu masker berbahan kain katun seniai 10 ribu rupiah. Kemudian masker kain berbahan brokat yang cenderung bermotif sasirangan dihargai 15 ribu rupiah per pcs.
“Paling laku saat PSBB di bulan suci Ramadhan kemarin. Sekarang sudah turun. Dulu paling banyak sampai 30 lembar sehari terjual, sekarang 10 lembar saja susah,” Ia menjelaskan.
Selain dijajakan, Watno juga menerima jasa pemesanan masker di rumahnya. Bisa dengan harga lebih murah (reseller). Biasa di jual ka daerah Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura.
“Yang bikin pesanan kalau deket-deket sini biasanya dari instansi dan lembaga serta perusahaan swasta,” bebernya.
“Minimal pesan 5 lembar masker kalau di tempat saya. Kalau yang dijajakan disini 100 lembar lebih saya bau,” sambungnya.
Jika kondisi pandemi mereda bahkan tidak ada lagi, Wanto berencana akan berhenti menjajakannya namun tetap produksi masker di rumah jikalau ada yang pesan.
“Mau gimana lagi, usaha ini bukan usaha menjanjikan. Mudah-mudahan ada usaha lain nanti. Sementara ini saya belum tau mau ganti jualan atau usaha apa,” terangnya.
Selanjutnya salah seorang konsumen, Kiki dari Banjarbaru mengaku, mengenakan masker bukan hanya melindungi diri dari terserang covid-19 saja, tapi juga sebagai fashion.
“Soalnya motifnya lucu-lucu dan bagus. Saya beli 2 yang harga persatuannya 10 ribu,” tandasnya.