REDAKSI8.COM – Selain masih berpotensi untuk kawasan pertanian, Kota Banjarbaru juga ternyata memiliki potensi untuk pengembangan kawasan perikanan.
Dari data yang dihimpun dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Banjarbaru, masih ada sekitar 12 ribu hektar lahan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan perikanan. Sedangkan luas kawasan yang sudah dikembangkan ada kurang dari 10 ribu hektar.
Kepala DKP3 Kota Banjarbaru Siti Hamdah melalui Kabid Perikanan M Aminuddin Said menyampaikan, budidaya ikan air tawar merupakan budidaya perikanan yang paling dominan di Kota Banjarbaru.
“Budidaya ikan air tawar ini yang banyak ada di kawasan Mentaos. Kebanyakan masyarakat di sana sebagai pembenih ikan nila, ikan lele dan ikan patin, makanya di sana ada UPT Produksi Perikanan Air Tawar, salah satu yang menunjang kegiatan perikanan di Kota Banjarbaru,” ujar Aminuddin.
Benih-benih ikan yang dipanen oleh masyarakat Mentaos itu, kata Aminuddin, kemudian dijual hingga ke luar Kalimantan Selatan, terutama ke Kalimantan Tengah untuk memenuhi kebutuhan permintaan dari petani-petani pembesar.
“Setiap tahunnya kami sering mengadakan bimbingan teknis dan pembinaan kepada masyarakat petani ikan di sana, yang didampingi oleh Penyuluh Perikanan Lapangan,” ucapnya.
Terpisah, salah satu pembudidaya ikan di Jalan Mentaos Timur RT 01 RW 02 Banjarbaru, Mahfud kepada redaksi8.com Selasa (19/3) menyampaikan, jenis ikan air tawar yang ia budidayakan di kolamnya yaitu ikan nila, ikan lele dan ikan patin.
“Saya di sini jual bibit ikannya saja. Biasanya para pembeli yang langsung ke sini. Kalau bibit ikan lele saya jual dari harga 150 sampai 180 rupiah per ekor, ini bibit lele lokal. Kalau bibit nila harganya dari 180 rupiah sampai 200 rupiah per ekor. Bibit patin yang agak mahal, seribu sampai dua ribu rupiah per ekornya. Semua tergantung ukuran,” terang Mahfud.
Mahfud menambahkan, ikan-ikan tersebut bisa dipanen tiap 1 bulan sekali. Untuk satu kali panen, benih ikan yang dihasilkan bisa mencapai ribuan ekor. Di sisi lain, Mahfud menjadi satu-satunya petani ikan yang membudidayakan ikan lele di Mentaos.
“Ikan-ikan itu saya budidaya di dalam 4 buah kolam berukuran dari 10 kali 10 meter, sampai yang berukuran 15 kali 15 meter persegi. Untuk pakannya saya beri pakan jadi saja,” ujar pria berusia 34 tahun ini.
Di samping itu, Mahfud mengaku selama lebih dari 10 tahun menjadi petani ikan, belum menemukan kendala atau kesulitan yang menghambat budidaya ikan air tawarnya.
“Alhamdulillah, saat musim kemarau atau saat pengeringan irigasi kemarin, ketersediaan air untuk kolam masih aman (stabil), cuma rawan banjir saja di sini. Kami juga dapat sosialisasi dan bantuan kolam fiber buat pemijahan dari dinas perikanan,” pungkasnya.