REDAKSI8.COM – Di pasar Lokal, Komoditas udang selama pandemi di Daerah Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) mulai menipis. Bahkan harganya pun perlahan turun lantaran sulitnya memasarkan komuditas ini.
Namun, Dilansir dari CNN Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan, komoditas udang justru menjadi primadona permintaan global untuk sektor kelautan dan perikanan di tengah pandemi virus corona (covid-19).
“Meski pandemi Covid-19 masih berlangsung, namun udang masih menjadi primadona dengan permintaan global yang masih sangat tinggi hingga saat ini,” kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto, Senin (26/10).
Slamet mengungkapkan udang merupakan komoditas yang memberikan pangsa dominan terhadap devisa ekspor yakni sekitar 40 persen terhadap nilai total ekspor produk perikanan nasional.
Ia menilai petambak udang masih produktif melakukan proses produksinya di tengah pandemi. Hal itu terlihat dalam bisnis budidaya udang di Pantura Jawa.
Akan tetapi menurut warga Desa Sepunggur, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalsel, Abdul Tiar, harga komuditas udang selama pandemi turun. Kemudian pangsa pasar ditingkat lokal sendiri tidak menentu.
Ia memaparkan, harga komuditas udang dinilai dari size (ukuran), misalnya size 25 ekor dalam 1 kilogram dihargai Rp. 80 ribu hingga Rp. 85 ribu.
“Kalau stok itu jarang pernah menipis, yang jadi masalah sekali itu pasarannya,” ungkap Abdul Tiar.
Kebanyakan komuditas udang di daerah Tanah Bumbu diperoleh dari hasil budidaya tambak. Ada juga beberapa didapat dari hasil tangkap di laut.
Sementara itu Plt Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalimantan Selatan, Padhli menyatakan, komuditas udang merupakan konsumsi masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke atas, bukan masyarakat bawah, lantaran harga perkilonya yang cukup mahal.
Sebab itulah, pangsa pasar komuditas udang lebih cenderung dipasarkan ke luar negeri bukan lokalan. Ia menyambung, ada 7 perusahaan udang di Kalsel yang bergerak di pasar ekspor.
“Pasca pemulihan ekonomi nanti kita dinas mencoba akan mengarah ke komuditas udang khususnya Udang Galah, dengan mengajak kawan-kawan dinas di Kabupaten. Karena peran kita sebagai pembantu peningkatan ekonomi masyarakat hanya di wilayah laut dan air payau saja, sedangkan pengelolaan dan budidaya tangkap ikan air tawar masuk kewilayahan pemerintah kabupaten,” terangnya saat ditemui Redaksi8.com diruangannya, Selasa (27/10).
“Udang Galah memang dari laut, lalu setelah masuk ke wilayah payau disaat salinitas nol Udang Galah mulai di budidayakan di air tawar, nah saat itu juga kewenangannya sudah berpindah ke pemerintah kabupaten,” tambah Padhli.