Alhasil, kata Trisna, adanya peran BPC daerah tentu saja tidak menghilangkan pekerjaan para pengepul ikan, tapi menjadikan mereka mitra bukan saingan yang kerap mengacaukan harga.
“Kita ingin mengatur stabilitas harga supaya harga ikan yang dibeli di nelayan terjangkau dan harga yang dijual tengkulak juga dengan harga yang terjangkau. Tidak perlu mengambil keuntungan besar tapi masing-masing bisa memperoleh bagian sama rata,” jelasnya.
Kedepannya tuturnya, akan membentuk satgas, karena Perum Perikanan Indonesia sudah memiliki pabrik pakan baru yang telah diresmikan oleh Presiden RI Jokowi Dodo, di Subang dan Banten.
“Kita juga nantinya akan berperan aktif dan membangun agen-agen pakan untuk berkolaborasi dengan BPC di 13 Kabupaten Kota di Kalsel. Harga lebih refresentatif serta kualitas yang tidak kalah tentunya,” sambung Trisna memaparkan.
Pasalnya lebih jauh Trisna mejelaskan, komoditi-komoditi yang dikerjasamakan itu langsung didatangkan dari negara Jepang dan Korea Selatan, tentunya dalam hal produksi protein yang berada dalam butiran pakan di pabrik pakan tersebut.
Sementara pabrik pakan milik Indonesia yang dikelola pemerintah itu saat ini menjadi pabrik pakan terbesar se Asia Tenggara.
“Intinya kita ingin Kalimantan Selatan khususnya di Banjarmasin menjadi lumbung pangan sektor perikanan yang secara wilayah berdekatan dengan Ibu Kota Negara Indonesia yang masih dalam tahap pembangunan. Itu cita-cita saya,” Ia menukas.
“Harapan saya juga nanti strata Satuan Kerja Perum Perikanan Indonesia bisa naik level menjadi cabang bahkan nanti bisa menjadi pusat shelter atau regional, supaya bisa membantu beberapa penambahan biaya untuk perbantuan dibidang budidaya dan perikanan tangkap,” pungkasnya.