REDAKSI8.COM – Selain gemar menggelar kegiatan aksi sosial di wilayah Kota Banjarbaru dan Kabupaten Banjar, Mahasiswa Pecinta Alam Piranha, Universitas Lambung Mangkurat juga “mengepakan sayapnya” hingga ke Desa Tanjung Sungkai, Kecamatan Pulau Tanjung Selayar Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan, Sabtu (3/4).
Aksi sosial berupa persemaian bibit mangrove jenis Rhizophora menggunakan polybag dari sampah plastik dan sosialisasi pentingnya menjaga ekosistem terumbu karang di SMKN 1 Pulau Laut Barat, merupakan satu dari program kerja andalan Mapala Piranha selama periode tahun 2020 -2021.
Menurut Ketua Mapala Piranha, kegiatan itu merupakan salah satu program andalan pengurusnya di tahun ini.
“Kita punya 29 program kerja, baik yang sifatnya intern maupun ekstern. Satu diantaranya yang menurut kami dapat berdampak besar terhadap sosial ekonomi khususnya masyarakat pesisir dan pulau pulau kecil adalah giat selama 3 hari ini,” ungkapnya kepada Redaksi8.com.
Ditambahkan oleh Ketua Pelaksana, Sinta Maulida, selain memberikan pemahan terkait pentingnya menjaga ekosistem terumbu karang kapada para siswa siswi sekolah di wilayah pesisir, pihaknya pun ingin banyaknya sampah pelastik yang berserakan di sekitaran pesisir pantai dapat dimanfaatkan kembali.
“Nanti setelah sosialisasi di Sekolah selesai, kita akan ajak lagi para siswa siswinya memanfaatkan dan mengolah sampah plastik menjadi polybag untuk persemaian bibit mangrove jenis Rhizophora,” paparnya.
“Selain itu kita juga besok akan malaksanakan pemantauan terumbu karang bersama para siswa sekaligus oprasi semut atau bersih-bersih pantai,” sambung Sinta Maulida.
Kenapa memilih sampah plastik, Shinta membeberkan, sampah plastik memiliki waktu dan ruang yang cukup lama dalam penguraian.
“Kami ingin pemuda pemudi disini dapat menjadikan bahan materi yang kami bawa sebagai upaya menjaga ekosistem baik terumbu karang, mangrove dan kebersihan lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil,” terangnya.
Dalam jangka panjang, Sinta ingin di Desa Tanjung Sungkai memiliki sistem pengelolaan sampah yang teregulasi dengan sangat baik. Demi peningkatan taraf hidup masyarakat secara sosial ekonomi dan ekologi.
“Disinikan tidak kalah dengan Teluk Tamiyang, baik terumbu karangnya, mangrovenya dan pemendangannya,” ujarnya.
“Kami membayangkan jika suatu saat disini jadi lokasi destinasi wisata, sampah sampah bekas wisatawan itu di serahkan ke pengelola disini dan segera di proses menjadi polybag. Serta ditempelkan nama si wisatawan. Lalu beberapa waktu lagi jika si wisatawan tadi datang kembali, dia dapat melihat sudah setinggi apa bibit semai mangrove miliknya. Barulah Ia tanam sendiri dilokasi yang ditentukan para pengelola sampah,” lebih jauh kepada Redaksi8.com.
Sementara itu, Plt Kepala Desa Tanjung Sungkai, Yusnansyah mengaku sangat senang kedatangan Mapala Piranha yang jauh-jauh datang untuk memberikan materi pengetahun dan inovasi untuk kelestarian lingkungan pesisira dan pulau-pulau kecil.
“Kami dari pemerintah desa belum bisa memberikan teguran hingga solusi mengenai perilaku dan budaya buang sampah khususnya plastik di pantai. Semoga dengan kegiatan kawan-kawan Mapala Piranha disini menjadi pendorong untuk menggerakan pemuda dan masyarakat setempat supaya tidak buang sampah plastik dipantai lagi, malahan memanfaatkannya menjadi sesuatu yang lebih bernilai,” Ia menjelaskan pasca pembukaan kegiatan Pemantauan Terumbu Karang Mapala Piranha.
“Mudah-mudahan kontrubusi positif ini membantu kita masyarakat Tanjung Sungkai serta ekosistem terumbu karang dan mangrove tetap terjaga keasriannya,” tutupnya.