Memanfaatkan masa libur akhir pekan, masyarakat ramai mendatangi tempat rekreasi. Sejumlah tempat wisata banyak dikunjungi wisatawan baik lokal bahkan asing. Sebagaimana yang terjadi di Candi Agung, Kelurahan Sungai Malang, Kecamatan Amuntai Tengah, Kota Amuntai Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Salah satu peninggalan dari silsilah kerajaan Banjar ini, menyimpan banyak benda-benda kuno dan lokasi yang bersejarah untuk dikunjungi. Terlihat ratusan pengunjung silih berganti datang ke wilayah tersebut.
Salah seorang mahasiswa semester 2 Program Studi Ilmu Sejarah dari Kota Banjarmasin, Amin, jauh-jauh datang ke Amuntai bukan hanya sekedar rekreasi dan mengunjungi sanak keluarga, tetapi juga mempelajari sumber yang dapat dipercaya mengenai keberadaan Candi Agung.
“Biasanya, kan, saya cuma membaca dari buku ataupun browsing di internet. Kali ini saya berusaha langsung melakukan peninjauan ke lokasi bersejarah. Dan hasilnya hasilnya memang tidak terlalu jauh dari beberapa buku dan artikel yang saya baca,” katanya.
Pengelola Kawasan Wisata Candi Agung, Firly (28), memaparkan, di musim liburan selalu dipadati para pengunjung. Jika hari biasa hanya berjumlah 50 orang saja, saat kunjungan libur hari raya diperkirakan mencapai 2.000- hingga 3.000 orang per hari.
“Banyak masyarakat yang berkunjung cuma rekreasi keluarga, ada juga yang sekedar berfoto, dan ada juga yang bernazar memperoleh sesuatu akan berkunjung ke Candi. Serta ada pula yang masih keturunan candi sehingga apabila ada sanak keluarganya yang lahir harus segera di bawa ke candi,” bebernya.
Menurutnya, tidak sedikit masyarakat yang Religio Magis, artinya masih percaya dengan hal-hal yang berbau mistis sehingga keingintahuan masyarakat sangat antusias ketika berkunjung ke Candi Agung.
Haniah (58) pengunjung dari Tanjung, Kabupaten Tabalong, mengaku sengaja datang untuk berziarah dan rekreasi bersama keluarga. “Kebetulan ini hari libur, jadi untuk mengisi waktu luang serta lokasi yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami,” katanya.
Dalam Kawasan Wisata Candi Agung juga terdapat museum untuk umum, Telaga Darah, Pemandian Putri Junjung Buih, Pertapaan Pangeran Suryanata, Dermaga, dan Candi Agung, yang masing-masingnya memunyai riwayat sejarah dalam peninggalan Kerajaan Negara Dipa.
Saksi Bisu Keberadaan Pangeran Suryanata dan Putri Junjung Buih
Candi Agung Amuntai terletak di kawasan Sungai Malang, kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Candi Agung adalah sebuah situs candi Hindu berukuran kecil Candi ini diperkirakan peninggalan Kerajaan Negara Dipa yang keberadaannya sezaman dengan Kerajaan Majapahit.
Candi Agung diperkirakan telah berusia 740 tahun. Bahan material Candi Agung ini didominasi oleh batu dan kayu. Kondisinya masih sangat kokoh. Di candi ini juga ditemukan beberapa benda peninggalan sejarah yang usianya kira-kira sekitar 200 tahun SM. Batu yang digunakan untuk mendirikan Candi ini pun masih terdapat di sana. Batunya sekilas mirip sekali dengan batu bata merah. Namun bila disentuh terdapat perbedaannya, lebih berat dan lebih kuat dari bata merah biasa.
Sebuah hikayat Banjar yang diwariskan secara tutur Lisan ( tutur candi ) yang sampai saat ini masih dipercayai oleh sebagian masyarakat banjar. Orang-orang yang sudah berpikiran modern meaanggap itu hanya sebuah dongeng dan bagi masyarakat awam kejadian yang diluar akal manusia seperti kesurupan dan lain-lain biasa dikaitkan dengan hikayat banjar ini. Tapi berdasarkan prasasti yang satu-satunya ditemukan di Banjarmasin kemudian mahasiswa Sejarah menggali dan menelusuri wilayah-wilayah yang sesuai dengan hikayat banjar maka ditemukanlah candi Agung ( Amuntai ) dan Candi Laras ( Margasari rantau).
Diawali dengan sebuah pelayaran yang dilakukan oleh Mpu Jatmika dengan Siprabayaksa, dan ia merupakan seorang saudagar dari negara Keling yang sebelum pergi diwasiati oleh orang tuanya bahwa ia harus bersinggah di suatu wilayah yang berhawa panas dan akhirnya ia menyinggahi Amuntai karna dirasa sesuai dengan wasiat tadi.
Karena Mpu Jatmika menganggap dirinya hanya seorang pedagang bukan kesatria maka ia membangun sebuah tempat untuk tinggal yang sekarang dinamakan “ Candi Agung”. Dan untuk melambangkan dirinya sebagai raja maka ia membuat sebuah patung replika dirinya yang pembuatnya langsung didatangkan dari Cina.
Di ketahui Mpu Jatmika mempunyai dua orang Anak yaitu Mpu Mandastana dan Lembu Amangkurat ( Lambung Mangkurat ), dan kemudian Lambung Mangkurat dijadikan Patih pada saat itu. pada suatu saat Lambung Mangkurat berpikir bahwa tidak lengkap kalau kerajaan Dipa tidak mempunyai seorang raja.
Karena itu ia bertapa di daerah Ulu Banyu ( Nagara) selama 40 hari 40 malam dan pada malam terkhir pertapaannya sebuah petunjuk datang melalui sebuah suara yang mengatakan “ ia harus menyediakan 40 jenis makanan dan 40 jenis kue beserta iringan dayang-dayang” yang berpakaian serba kuning melambangkan kemewahan pada kerajaan Dipa pada saat itu, setelah itu Lambung Mangkurat kembali ke istana untuk menyediakan semuanya.
Setelah semua sesaji dan dayang-dayang sudah disiapkan di tempat ia bertapa dan ritual dilasanakan tdak lama kemudian muncul buih yang memunculkan seorang putri yang akhirnya dijadikan raja perempuan di kerajaan Dipa yan diberi nama Putri Junjung Buih. Mpu Mandastana yang merupakan saudara Lambung Mangkurat mempunyai dua orang anak yaitu Bambang Patmaraga dan Bambang Sukmaraga.
Mereka ternyata tertarik dengan putri Junjung Buih yang terkenal cantik Luar biasa yang keanggunannya tidak dapat ditandingi oleh siapapun. Karena merasa kedua putra Mpu Mandastana ini tidak sesuai untuk sang putri maka Lambung Mangkurat membunuh kedunya di sebuah danau sekitar kerajaan sehingga sekarang disebut “ lubuk Badangsanak atau danau berdarah” yang bisa kita lihat sampai sekarang di Candi Agung Amuntai.
Sebuah Wangsit yang mengatakan bahwa jodoh putri Junjung Buih berada di seberang lautan yaitu di kerajaan Majapahit. Maka diutuslah seorang pengawal ke Majapahit namun sesampainya disana Maha Raja Patih Majapahit mengatakan ia memiliki anak tapi tidak sempurna yang tidak mempunyai tangan dan kaki bernama Raden Putra, orang menyebutnya raja Bulat Bulaling.
Walaupun seperti itu seorang utusan tadi tetap meminta untuk putra Maha Raja Patih tetap di bawa karena ingin melaksanakan wangsit yang didapat. Sesampainya di Muara Banjar, Putri Junjung Buih mendapat kabar bahwa calon suaminya hampir tiba di tanah Banjar.
Tapi sang putri ingin mempunyai suami yang sakti dan gagah perkasa agar tidak kalah dengan kesaktiannya. Maka putri Junjung Buih mengutus Naga di Langit untuk menghalau air agar kapal mandek di tengah lautan. Para pengawal pun bingung apa yang harus dilakukan samapi akhirnya mereka bertanya kepada Pangeran Bulat Bulaling dan kemudian ia mengatakan bahwa lemparkan saja dirinya ke air.
Pertempuran hebat pun terjadi, naga tersebut pun tewas, dan tiba tiba Raden Putra yang sebelumnya tidak memiliki anggota tubuh lengkap, berganti muncul dengan anggota tubuh yang lengkap, menjadi Pangeran yang gagah perkasa yang disebut. Akhirnya Putri Junjung Buih mengakui kesaktian sang Pangeran dan bersedia untuk dijadikan istri.
Prosesi pernikahan pun dilaksanakan,selesai prosesi pernikahan Lambung Mangkurat menobatkan Raden Putra dan putri Junjung Buih untuk menjadi Raja di Negara Dipa dengan gelar Pangeran Suryanata. dan dari hasil perikahan tersebut mereka mendapatkan 2 orang putra yang bernama Pangeran Suryaganggawangsa dan Raden Suryawangsa. (alrifhani/ berbagai sumber)
Alhamdulillah Sholallahu Ala Sayyidina Muhammad SAW. Terima kasih informasinya. Semoga mendapatkan Rahmat Allah SAW. Aamiin Ya Robbal Alamiin