REDAKSI8.COM – Tidak serta merta pandemi covid-19 selalu dikaitkan dengan sulitnya mengantongi uang atau menjajakan produk-produk dalam negeri yang kerap secara global menjadi permasalahan utama.
Ada juga beberapa usaha yang malah didapati terjadi peningkatan baik produksi maupun pemasarannya, sebut saja usaha Ikan Hias.
Soalnya, dari hasil evaluasi pemerintah pusat di kurtal III salah satu devisa negara sebesar 60% dari pemasaran produk Ikan Hias, diantaranya Ikan Hias Koi, Ikan Gapi dan Ikan Cupang.
Karmani, Mahasiswa Jurusan Aquaculture Fakultas Perikanan dan Keluatan (FPK) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Kota Banjarbaru, selama pandemi covid-19 bercerita mampu memasarkan Ikan Hias Cupang yang dibudidayakannya sejak tahun 2019 lalu.
Mengantongi omset ratusan ribu setiap kali pengiriman baik lokal sendiri hingga luar Kalimantan Selatan (Kalsel), Ia mengaku keuntungan menjual Ikan Hias Cupang dapat membantu kebutuhan sehari-harinya hingga biaya kuliah.
“Alhamdulillah kemarin saya berhasil menjual sampai harga Rp. 300 ribu satu ekornya. Kita sudah berkali-kaki menjual selama pandemi tahun ini,” ungkap Karmani saat ditemui Redaksi8.com di tempat pembudidayaan Ikan, Kampung Ikan Kelurahan Mentaos, Kota Banjarbaru, Jumat (13/11).
Berawal dari 6 ekor Ikan Cupang, Karmani merasa tertantang untuk membudidayakan Ikan dengan potensi bisnis yang dianggapnya lumayan menjanjikan.
Hampir setahun berkiprah, kini Karmani memiliki ribuan benih hingga indukan ikan cupang hasil budidaya sendiri dengan motif dan warna yang tidak kalah denggan ikan hias cupang dari luar daerah Kalsel.
“Kami disini tidak hanya ikan cupang saja, tapi ada juga Ikan Moly dan Ikan Gapi. Masing-masing punya bertanggung jawab, kebetulan saya bertanggungjawab mengurus Ikan Cupang,” beber Mahasiswa kelahiran Kabupaten Tapin itu, Karmani.
Ribuan ekor dengan beragam jenis dan nama yang memenuhi puluhan wadah aquarium kaca miliknya itu memancar warna-warni ekor cantik si cupang. Adapun jenis ikan yang acap kali dicari para pecinta ikan cupang adalah jenis Avatar, Multicolor dan Bluerim, dicantol dengan harga sampai jutaan rupiah.
“Alhamdulillah saya sudah menjualnya sampai ke Jakarta dan Tanggerang,” ucapnya.
“Kami berharap pasar ikan hias cupang khususnya semakin bagus dan pecintanya tambah merabah untuk semua kalangan,” harapnya.
Tidak hanya sampai disana, Karmani juga mengupayakan setelah berhasil memperoleh gelar sarjana dari Kampus FPK, usaha mandiri miliknya itu bisa berkembang dimana-mana.
“Jika sudah besar, saya ingin membuka juga usaha ini di tanah kelahiran saya di Kabupaten Tapin,” akhiri Karmani.
Hampir setiap tahun, Ikan hias cupang biasanya dikonteskan sebagai bentuk promosi kepada masyarakat. Di dalam acara-acara pameran misalnya, Ikan Cupang memiliki daya tarik lantaran bentuk ekor dan warna tubuhnya yang memperlihatkan kilauan berbeda-beda.
Sementara itu, seorang dosen Jurusan Aquaculture, Agussyarif Hanafi sangatlah mendukung dengan aktivitas para mahasiswanya yang bergerak di bidang usaha budidaya secara mandiri, baik ikan hias maupun ikan konsumsi itu.
“Kita memang para dosen selalu membekaki para mahasiswa ilmu dan pengetahuan yang bisa langsung di terapkan dilapangan dan dunia kerja. Jadi sambil kuliah dia sambil mengembangkan usaha yang diminati si mahasiswa,” terang lelaki yang akrab disapa Cecep.
Ia menginginkan, setiap mahasiswa jurusan Aquaculture setelah lulus kuliah bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain, dengan pengalaman yang diperoleh dari praktek dan usaha mandiri.
“Saya liat mereka disana tidak hanya usaha ikan hias, tapi ada juga ikan konsumsi seperti Ikan Patin, Nila, Papuyu, Lele dan Gurame. Artinya semua ilmu yang dibekali kepada mereka diterapkan dengan baik,” Ia menukas.
“Kalau bisa mahasiswa kita tidak berpikir melulu mencari kerja setelah dapat Gelar S1, tapi menciptakan lapangan pekerjaan. Sedangakan di Kalsel banyak potensi yang bisa digali khususnya budidaya perikanan,” pungkas Cecep.