REDAKSI8.COM – Aksi heroik rekan-rekan tim evakuasi bencana banjir bandang yang tengah menimpa sebagian besar daerah yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan terkendala sarana dan prasarana, diantaranya mobilisasi dan jumlah perahu karet serta perahu bermesin.
Lantaran akses jalan yang jauh serta tinggi air yang terus naik membuat waktu menuju lokasi evakuasi memakan waktu lama.
“Sedangkan para korban banjir perlu diselematakan segera,” ujar Ketua Mapala Piranha, Abdul Tiar yang juga bertugas sebagai Koordinator lapangan tim evakuasi, Minggu, (17/1).
Selain itu kesulitan yang dihadapi Tiar dan kawan-kawan di lapangan ketika tim tengah melakukan evakuasi, banyak warga yang malah enggan minta diselamatkan dan lebih memilih tinggal di dalam rumah masing-masing.
“Padahal tinggi air selama kami melakukan evakuasi di beberapa desa berpariasi bang, mulai dari setinggi lutut sampai dada orang dewasa,” ungkapnya kepada Redaksi8.com.
“Banyak terbuang waktu disana bang. Kami sempat kewalahan di lapangan dengan jumlah kami yang terjun juga terbatas,” sambungnya menyatakan.
Lanjut Ia menjelaskan, kadang kala tim evakuasi terjun di malam hari dalam hal-hal urgent. Seperti yang dilakukan timnya kemarin malam untuk menyelamatkan Habib Abdullah yang berlokasi di desa Murung Kenanga Kota Martapura.
“Alhamdulillah tadi malam proses evakuasi berjalan lancar dan sesuai dengan hasil brifing kita bersama tim gabungan,” tuturnya.
Walaupun demikian bagi Tiar, keseruan melakukan evakuasi menjadi pengalaman pribadinya yang paling berharga selama hidup.
Bergabung dalam organisasi Pecinta Alam, dia bisa ikut berjibaku untuk melakukan penyelamatan kepada warga terdampak bencana baik banjir, kebakaran dan aksi sosial lainnya.
“Kalau tidak masuk mapala saya tidak akan bisa ikut membantu para sesama dalam kondisi sekarang,” terangnya.
Permintaan evakuasi kata Koordinator P2B, Fakhryanor, bersumber dari informasi warga setempat melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.
Ia menambahkan, warga yang berhasil dievakuasi sudah sebanyak 362 jiwa, terdiri dari Desa Jati Baru, Desa Bincau, Desa Limamar, Desa Kelampaian, Desa Lok Buntal dan Desa Murung Kenanga sejak Rabu (13/1) sampai hari ini.
“Jumlah personil kita terdiri dari Federasi Arung Jeram Indonesia, Mahasiswa Pecinta Alam, Siswa Pecinta Alam, Organisasi Pecinta Alam, Pramuka dan relawan-relawan lainnya. Yang siap melakukan evakuasi ada sekitar 50 hingga 70 orang,” papar pria yang akrab disapa Idak saat ditemui di Basecamp P2B.
Menggunkan 2 perahu karet lebih jauh kepada Redaksi8.com, prioritas evakuasi adalah lansia, ibu hamil, orang sedang sakit, orang dengan kekurangan/ cacat, perempuan dan anak-anak serta kondisi urgent. Fokus penyelamatan untuk saat ini bertumpu di Kabupaten Banjar.
Basecamp sementara kita berada di Sekolah Menengah Atas (SMA) 2 Indra Sari Kota Martapura, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan.
“Saat ini kita perlu tambahan perahu karet bermesin untuk bisa mencapai daerah yang sudah tidak bisa dicapai menggunakan mobil darat,” Ia menukas.
“Hari ini tim kita masih berupaya menuju Desa Cinta Puri untuk melakukan evakuasi. Tim sekarang dalam perjalanan,” pungkasnya.