REDAKSI8.COM – Seiring melandainya trend penyebaran Covid-19 di Kota Banjarbaru ternyata mulai menimbulkan dampak positif terhadap para pelaku usaha di Kota berjuluk Kota Idaman. Dalam hal ini pengusaha tahu sumedang yang terletak di Kelurahan Guntung Payung Kota Banjarbaru.
Diungkapkan oleh Pemilik Usaha Tahu Sumedang, Delix Devandes kepada Redaksi8.com siang tadi, Jumat (30/10), omset usahanya yang sempat merosot turun itu kini mulai membaik. Dimana, saat 3 bulan pertama sejak pandemik masuk, pemasaran produk Tahu Sumedang yang dipasarkan sendiri olehnya itu sangat sepi konsumen hingga omsetnya turun mencapai 70%.
“Kita hanya mendapatkan omset sebesar 30% saja selama pandemik covid-19 lagi tinggi-tingginya. Bahkan saat PSBB diberlakukan usaha kita sempat hampir mati namun tetap berjalan perlahan-lahan,” ungkap Delix.
“Saat PSBB kemarin kita memberhentikan beberapa orang karyawan. Sekarang kita rekrut lagi beberapa orang untuk bekerja di tempat kita tapi orang sini saja bukan dari jawa lagi,” bebernya.
Delix dan saudaranya awalnya mempekerjakan karyawan asal Jawa Barat, seiring pandemik mereka satu persatu dipulangkan dan tidak ditarik lagi karena ongkos penerbangan dan rapid yang begitu mahal.
“Dulu kita cuma memakai karyawan dari jawa, kini sudah campuran karena orang sini banyak yang tidak bekerja, pun kondisi penjualan sudah mulai membaik jadi kami berani menarik karyawan sini,” terangnya.
Karena trend penyebaran covid-19 terjadi pelandaian, sekarang omset yang awalnya 30% meningkat hingga 50%. Delix memaparkan, dalam 10 biji tahu sekarang dihargai Rp. 12 ribu. Sebelumnya Ia memasarkan dengan harga Rp. 14 ribu per 10 biji tahu.
“Itu semua karena harga kedelai yang naik terus mas. Dari Harga 6 ribuan sekarang sudah 7 ribu perkilogram. Akhir tahun katanya akan naik lagi menjadi 8 ribu rupiah. Kita pun nanti akan mengubah harga lagi menjadi 10 ribu per 10 biji tahu,” Delix menjelaskan.
Proses pembuatannya terang Delix, pertama-tama kedelai yang telah dibeli direndam di dalam air bersih selama kurang lebih 3 jam. Kemudian kedelai yang telah ditiiskan dimasukan ke dalam penggilingan hingga mengecil menjadi adonan.
“Sekali penggilingan kita mampu membuat 1183 biji tahu,” katanya.
Lebih jauh kepada Redaksi8.com, adonan direbus ke dalam air yang telah mendidih sebanyak 3 kali. Selanjutnya adonan tadi disaring untuk memisahkan ampas dengan sari tahunya. Lalu, sari tahu diberi cuka untuk memisahkan air dan tahu.
“Proses terakhir tahu dimasukan ke dalam pencetakan untuk dibentuk dan terakhir siap di pasarkan. Selama sehari kami mampu membuat 10 ribu lebih tahu, sebelum pandemik kami biasa bikin sampai 20 ribu biji,” rincinya menerangkan.
“Kami berharap pandemi ini cepat selesai sekiranya bisnis keluarga yang sudah kami rintis sejak tahun 2005 ini bisa kembali sedia kala,” harap Delix.
Sementara itu menurut Syaima warga Kota Martapura yang senang mengonsumsi Tahu Sumedang mengaku sangat menyukai mengonsumsi tahu sumedang.
Namun lantaran lokasi outlet tahu sumedang cukup jauh di sekitaran Liang Anggang Kota Banjarbaru, Syaima dan keluarga hanya bisa menikmati tahu sumedang jika ada urusan yang harus diselesaikan di Kota Banjarmasin.
“Karena ke Banjarmasin melewati outlet tahu sumedang sekalian saja mampir beli,” tukas Syaima.
“Saya suka dan rasanya enak. Lembut dilidah serta renyah dikunyah,” pungkasnya.