REDAKSI8.COM – Diluar prediksi, peta perpolitikan di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan pasca wafatnya calon incumbent, Almarhum Nadjmi Adhani, politik seolah terserak – serak.
Bagaimana tidak, partai politik yang semula mendukung pasangan Nadjmi – Jaya yang digadang-gadang akan menduduki kursi nomor satu di Kota berjuluk Idaman nampaknya harus disusun ulang.
Pada pemberitaan sebelumnya, sosok pengganti Almarhum Nadjmi Adhani dalam konstelasi pilkada 2020 Banjarbaru menemani Darmawan Jaya Setiawan dinyatakan akan diisi oleh Haji Martinus, mantan Pejabat Walikota menggantikan Walikota Banjarbaru periode- 2010-2015 Ruzaidin, ketika pesta demokrasi tahun 2015 lalu.
Seiring kabar tersebut, penantang pasangan Nadjmi – Jaya yang sempat berstatemen mundur dalam konstelasi ini, ialah Aditiya Mufti Ariffin, menurut isu yang beredar akan kembali maju untuk melawan pasangan baru Haji Martinus – Jaya.
Lantas, apakah Aditiya Mufti Ariffin yang kerap disapa Ovi ini, akan berpasangan lagi bersama pasangannya sebelumnya, Irwansyah? Ataukah mencari pasangan lain?
Kemudian, bagaimana dengan poros ke tiga? mungkinkah akan ada pasangan baru dari usungan parpol yang siap bertempur melawan Haji Martinus dan Aditiya Mufti Ariffin atau panggilan akrabnya Ovi? Ini analisa dari salah satu advokat yang juga pengamat politik, Supiansyah Darham.
Dalam “permainan catur” politik di Banjarbaru memerlukan poros ketiga, Ia manyebutnya “poros tengah”.
Lantaran untuk maju sebagai paslon independen tegasnya, sudah tidak mungkin lagi, usungan dari parpol bisa saja muncul secara tiba-tiba, dan figur yang maju pun juga tidak disangka-sangka.
“Poros tengah ini kemungkinan akan bermunculan dari sisa partai yang belum mengusung paslonnya. Peluang memenangkan pilkada di Banjarbaru sangat besar, siapapun itu. Karena incumbent sudah tidak maju lagi. Kecuali pasangan Haji Martinus – Jaya berubah menjadi Jaya – Haji Martinus,” terang Supiansyah Darham Kepada Redaksi8.com, Rabu (19/8).
“Sekarang Jaya kan punya wilayah, kalau dia yang menjadi calon Walikotanya kemungkinan besar suara Almarhum Nadjmi masih bisa dipegang dan berpeluang tinggi untuk menang. Tapi kalau dia tetap diposisi sebagai orang nomor dua, ya dari awal lagi. Haji Martinus kan sebelumnya hanya pejabat walikota, tidak terlalu signifikan perannya saat itu, sedangkan Jaya telah kelihatan hasil torehannya selama menjabat sebagai Wakil Walikota bersama Nadjmi, mereka itu satu paket,” sambungnya.
Sedangkan Ovi baginya, bisa saja kembali maju sebagai paslon di Banjarbaru. Melihat prinsip politik sendiri sangatlah dinamis, saat injury time pun bisa saja berubah haluan.
Apalagi pendaftaran belum dibuka, pastinya tambah Supiansyah, siapapun bisa saja akan muncul “kepermukaan” untuk melawan paslon Haji Martinus – Jaya.
Intinya ujar Supiansyah, siapapun yang ingin maju harus menyiapkan program yang bisa meyakinkan masyarakat Kota Banjarbaru. Baik itu Haji Martinus – Jaya, Ovi maupun pasangan poros ketiga yang masih misterius. Sebab ke tiga paslon berpeluang menjadi Walikota dan Wakil Walikota Banjarbaru.
“Yang saya tahu Ovi akan maju lagi melalui jalur partai di pilkda Banjarbaru bersama orang dari Gerindra, tapi itu belum final,” ungkap Supiansyah Darham.
“Karena pada saat dia berstatement mundur, alasannya karena masa pandemi. Sekarang kan sudah mulai new normal, jadi sah sah saja kalau di kembali, lagian cuma statement dan belum pendaftaran,” ucapnya lebih jauh kepada Redaksi8.com.
Kemudian terkait dengan latar belakang pemimpin di Kota Banjarbaru selama ini Ia menukas, belum pernah sekalipun diduduki oleh orang yang bukan dari jalur APDN (insitusi ini kemudian berubah menjadi STPDN, dan berubah kembali menjadi Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN)).
Karena pada dasarnya lanjut Supiansyah, jebolan dari APDN/STPDN/IPDN sendiri, pastilah memiliki dasar ilmu dan pengetahuan tentang bagaimana cara memanajemen perencanaan dan pembangunan di daerah.
“Kota Banjarbaru kota dalam perkembangan, jika dipimpin oleh orang yang tidak mengerti perencanaan dan pembangunan,” tukasnya.
“Paling tidak para calon kandidat ini punya wawasan untuk membangun. Punya program yang harus bisa diterjemahkan oleh orang orang bagus yang duduk sebagai kepala SKPD – SKPD,” pungkasnya.