REDAKSI8.COM – Beberapa pekan terakhir selama musim penghujan tahun 2020, petani karet sementara meliburkan diri melakukan penyadapan pohon karet. Lantaran, selama terkena air hujan kualitas karet terjadi penurunan.
Menurut salah seorang pekerja penyadap karet di Desa Cempakabaru, Kota Banjarbaru, Aplah, cairan karet yang biasa keluar dibagian kulit pohonnya itu akan bercampur dengan air hujan yang mengakibatkan kualitas kekenyalan karet berkurang.
“Dimusim hujan sekarang kualitas karet menurun, karena bercampur dengan air hujan. Akibatnya kualitas karet kami yang biasa keras malah menjadi lembek,” ungkapnya kepada Redaksi8.com, Sabtu (12/12).
Namun ujarnya, harga karet sekarang justru mengalami kenaikan. Dimana harga karet yang biasa hanya 7 ribu sampai 7 ribu 5 ratus rupiah perkilonya, saat ini harganya sudah mencapai 8 ribu rupiah per kilogram.
“Setiap 3 hari sekali kita panen sampai 45 kilogram. Karena sekarang banyak yang libur karena masuk musim hujan pendapatan kita berkurang. Padahal harga lagi naik ini,” terang Aplah.
Sebagai pekerja upahan penoreh karet, Aplah dapat menyadap ratusan karet yang ada di atas tanah seluas 750 meter persegi itu dalam sehari. Penghasilannya diperoleh dari bagi hasil penjualan karet tersebut.
“Anggap saja sekali jual 500 ribu, berate saya dapat 250 ribu. 3 hari kemudian saya sadap lagi karetnya,” paparnya.
“Alhamdulillah cukup. Semoga harga karet disini bisa naik lagi,” harap Aplah.
Sementara itu, salah seorang pemilik kebun karet yang tidak jauh dari lokasi TPA Regional Banjarbakula Provinsi Kalimantan Selatan, Misran, 2 hektar lebih karetnya sekarang terpaksa tidak produksi. Karena cuaca yang kurang mendukung.
“Masa-masa seperti ini biasanya terjadi pada akjir tahun sampai awal tahun saja, di bulan-bulan lain normal sih.” Ungkapnya kepada pewarta ini.
“Di bulan Februari biasanya kualitas dan harga karet kembali normal,” tandasnya.