REDAKSI8.COM – Sebentar lagi layanan pembelajaran tatap muka (PTM) bagi siswa siswi khususnya sekolah dasar (SD) akan dibuka di tahun ajaran baru, yang akan digelar pada Juli 2021 mendatang.
Setelah kurang lebih setahun penuh para pelajar SD melaksanakan pembelajaran di rumah, lantaran menghindari penyebaran pandemi covid-19 di sekolah.
Walaupun banyak hal telah direnggut pandemi dari anak didik yang seharusnya bisa diperoleh ketika di sekolah, seperti atmosphire belajar tatap muka bersama guru, bercengkrama antar teman satu dan lainnya hingga bermain di lingkungan sekolah, sisi positifnya angka putus sekolah di level SD drastis menurun, bahkan ada yang tidak ada sama sekali.
Menurut Kepala Bidang SD, Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru, Edy Yuana Pribadi, sejauh ini belum ditemukan laporan dari para dewan guru mengenai murid-murid yang mengambil keputusan berhenti sekolah di tengah pandemi covid-19.
Meskipun ada sebagian ekonomi dan usaha warga Kota Idaman tersebut di awal pandemi memang sempat break down. Tapi baginya itu belum dapat menjadi alasan utama memilih putus sekolah.
“Dari laporan yang kami terima melalui dewan guru di 88 sekolah belum ada siswa atau siswi yang menyatakan berhenti sekolah selama pandemi covid,” ungkapnya kepada wartawan, Senin (17/5).
Ia berpendapat, kemungkinan untuk berhenti sekolah sangat minim, karena iuran spp juga sudah tidak dipungut lagi.
“Saat ini tanggungan orang tua atau wali murid cuma kebutuhan pribadinya saja. Apalagi selama pandemi juga para siswa belajar di rumah, otomatis pengeluaran jajan juga lebih hemat di bandingkan ketika di sekolah,” terangnya.
Alasan siswa tidak memiliki buku dan seragam sekolah nanti ketika PTM dimulai, Ia berpikir hal tersebut sudah bisa dianulir. Karena, sekolah juga menyediakan bantuan untuk siswa siswi yang dari segi ekonomi kondisinya kurang beruntung.
“Dana yang diberikan dari sekolah kepada para siswa yang kurang mampu itu ada bermacam-macam, diantaranya Dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) dan paket GAS, gerakan amal soleh. Dikumpulkan setiap jumat setelah tausiah melalui celengan berkeliling ke kelas-kelas seperti infaq,” Edy menjelaskan.
“Uang itu nanti kita belikan untuk keperluan si murid yang kurang mampu tadi, baju seragam, sepatu, buku dan lainnya. Jadi asumsi kami tidak ada yang putus sekolah karena semua keperluan siswa telah teranulir, jika alasannnya tidak mampu secara finansial,” tambahnya.
Sekedar informasi, pendaftaran peserta didik baru tingkat SD di Banjarbaru akan digelar pada tanggal 21 Juni 2021 dari pukul 08.00 hingga 12.00 WITA.
Selanjutnya pengumuman peserta didik yang telah lulus seleksi berdasarakan hasil rapat para guru akan di beritahukan pada tanggal 23 Juni.
“Pendaftaran ulang untuk peserta didik baru akan buka pada 24 Juni nanti selama 3 jam saja. Dari pukul 09.00 sampai 12.00 WITA,” tandasnya.
Dari data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), jumlah anak putus sekolah tinggi selama pandemi covid-19 kebanyakan dari tingkat SMP dan SMA/SMK.
Alasan yang menyebabkan anak putus sekolah sejauh ini antara lain karena menikah, bekerja, menunggak iuran SPP, kecanduan game online dan meninggal dunia.
KPAI mencatat, sejak Januari hingga Februari 2021 ada 33 anak putus sekolah karena menikah di kabupaten Seluma, Kota Bengkulu dan Kabupaten Bima.
Alasan bekerja ada 2 anak dari Jakarta dan Cimahi. Lantaran iuran SPP menunggak ditemukan 34 kasus, terhitung dari Maret 2020 hingga Februari 2021.
Hampir 90 persen kasus berasal dari sekolah swasta dan 75 persen kasus berada dari jenjang SMA/SMK.